Masih dalam rangkaian Social Media Fest 2011 yang digelar di fX Sudirman, Jakarta, workshop “Social Media for Business” digelar di f2, Kamis (22/09/2011). Enda Nasution, Bapak Blogger Indonesia dan pembicara workshop, memaparkan bagaimana menggunakan media sosial untuk bisnis. Sebagai pengantar, Enda mengatakan esensi dari media sosial adalah percakapan. Pengguna media sosial Indonesia, sambung Enda, memiliki karakter unik. Mengenal karakter inilah yang penting diperhatikan bagi mereka yang ingin menggunakan media sosial untuk mendukung bisnisnya.
Selain itu, mengenal karakter dan pola bagaimana media sosial bekerja juga penting. Saat ini, orang memperoleh informasi melalui dua model, yakni social melalui media-media sosial yang mana informasi itu tidak sengaja kita cari dan search yang mana kita memang sengaja mencarinya.
Sekarang banyak merek mulai nyemplung di media sosial. Sebab itu, para pengelola akun merek di media sosial harus tahu benar apa dan bagaimana media sosial itu bekerja. Pada ranah ini, dikenal istilah social media strategist. Peran social media strategist, sambung Enda, harus tahu tiga hal, yakni teknik media sosial bekerja, komunikasi pemasaran, dan social media stuff.
Enda memaparkan juga tantangan bagi social media strategist, seperti bagaimana meyakinkan manajemen maupun klien tentang pentingnya media sosial, bagaimana mengukur kesuksesan sebuah komunikasi melalui media sosial, dan memperolah contoh lain maupun benchmark bagaimana media sosial itu sukses mendukung bisnis.
Sementara itu, blogger Nonadita menambahkan beberapa tantangan media sosial sebagai media baru yang sedang digandrungi di Indonesia ini. Salah satunya, media sosial telah membuat hubungan antara konsumen dan merek berdiri sejajar. Konsumen sekarang bisa dengan gampang curhat, mengeluh, maupun memuji sekitar merek di media sosial.
Nonadita memaparkan peran-peran media sosial, seperti untuk branding, komunikasi, customer engagement, dan sebagainya. Lalu bagaimana memulainya? Mendengarkan, sambung Nonadita, menjadi langkah awal. Fase ini dilakukan untuk memetakan dan memahami seluk beluk media sosial. Langkah berikutnya adalah senantiasa up date karena informasi di media sosial bisa cepat basi. Lalu komunikasi kontinu dengan komunitas pelanggan menjadi penting. Memberi penghargaan maupun hadiah kepada komunitas pelanggan juga perlu. Hal ini, tambah Nonadita, menjadi bukti bahwa kanal yang disediakan oleh merek di media sosial bermanfaat dan memberikan nilai lebih kepada komunitas.
Hal lain yang tak boleh dilupakan oleh penggiat merek di media sosial adalah membangun percakapan dengan komunitasnya dan bersikap responsif alias merespons cepat atas respons pelanggannya.
Titi dari inmark digital menambahkan bagaimana para merek menggunakan media sosial. Sebelum terjun ke media sosial (pre-activation), menurut Titi, perlu dirumuskan lebih dulu tujuan perusahaan terjun ke media sosial. Perlu diperhatikan juga jenis merek, seperti consumer goods, CSR, dan sebagainya. Lalu perlu dipahami nilai-nilai yang dihidupi perusahaan. Memahami target market secara komprehensif juga penting. Sementara, mengkomunikasikan aktivasi merek ke grup perusahaan untuk menghindari miskomunikasi antarmerek.
Langkah berikutnya adalah membuat akun media sosial. Namun, ada beberapa hal yang patut diperhatikan. Misalnya, username jangan terlalu ribet dan membingungkan. Titi menambahkan karakter akun sebaiknya dibangun sesuai dengan target pasarnya. Lantaran esensi media sosial adalah percakapan, panggilan kepada pengikut maupun bahasa yang dipakai juga harus pas sesuai dengan karakter target pasarnya.
Terkait dengan Twitter dan Facebook, Titi menyarankan agar tidak menghubungkan Twitter dengan Facebook karena karakternya berbeda. Lalu, nama akun di keduanya harus inline. Perlu diperhatikan juga kualitas update masing-masing kanal. Agar meriah dan dinamis, perlu membuat aplikasi kuis di Facebook.
Konten update status juga tidak boleh sembarangan. Titi menyarankan kontennya bisa berupa program-program merek, greetings, topik terkait, isu-isu aktual, angka atau data, dan sebagainya.
Titi juga menyarankan agar jangan menggembok akun Twitter, menghindari tweet jadi RT abuser, tweet singkat dan jelas, tidak memakai Twitlonger, menjawab pertanyaan follower dengan replay dan memakai RT bila perlu, menggunakan tagar utnuk mengukur amplifikasi, follow akun-akun yang berhubungan dengan merek, tampil secara fleksibel, boleh melucu asal tidak menjadi blunder, tidak defensif, memasang ikon senyum, dan sebagainya.