Posted on January 31, 2012
Pengusaha, sekecil apapun, sepemula apapun, harus mampu membangun pasar. Bisnis itu intinya menciptakan pelanggan loyal. Percuma punya bisnis kalau tak menghasilkan pelanggan karena dari pelanggan (terutama yang loyal) itulah arus kas masuk ke perusahaan, membuat perusahaan jadi bisa bernafas. Dan jika aliran kas positif, perusahaan bisa bernafas sehat. Dari mana mendapatkan konsumen loyal? Dari banyak jalan. Salah satunya: memahami kebutuhan konsumen sebelum kebutuhan itu muncul.
Kata Steve Jobs: “Some people say, ‘Give customers what they want.’ But that’s not my approach. Our job is to figure out what they’re going to want before they do… Our task is to read things that are not yet on the page.”
Jika pengusaha masuk ke pasar saat kebutuhan diketahui, pasar mungkin sudah diserbu banyak pemain lain dan jadilah lautan merah. Jika tahu terlebih dulu kecenderungan konsumen dan masuk pasar terlebih dulu dibanding yang lain, pengusaha itu berlayar di lautan biru. Bisa mengail ikan sesuka hati. Jika tahu arus konsumen bergerak ke social media misalnya, ya terjunlah ke sana secara serius. Jadi pionir di pasar itu.
Bagaimana memahami kebutuhan pelanggan lebih awal? Kuncinya: Riset!
Maka, jika ingin kompetitif, bisa melihat ke depan, pengusaha mesti “berjiwa riset”. Ya, berjiwa riset dulu. Itu lebih penting. Tanpa itu, pengusaha akan memasukkan riset sebagai biaya dan mengeluhkan mahalnya biaya riset. Padahal riset itu bukan biaya. Riset itu investasi bagi pengusaha.
Kalau begitu hanya pengusaha besar yang punya dana riset saja dong yang bisa melakukan ini?
Ah enggak juga
Pengusaha kecil juga bisa. Caranya?
Rajin-rajinlah berinternet-ria dengan sudut pandang riset. Internet itu bagai lautan data tentang insight konsumen. Kalau jeli, kita bisa mendapatkan sesuatu yang bermakna terkait perilaku konsumen dan kecenderungannya.
Pelajari fasilitas-fasilitas Google yang gratis tapi lumayan memberikan insight. Misalnya: Google Trend, Google Ad Planner dan lainnya.
Atau, selami lautan data social media.
Semilyar lebih tweet dalam sepekan itu juga lautan data yg mengandung insight pasar. Ya, kalau jeli, kita bisa mendapatkan sesuatu.
Tapi lautan data hanyalah data tak bermanfaat jika kita tak bisa menganalisanya. Butuh kejelian, intuisi dan kcerdasan untuk mengais ‘insights’ dalam lautan data. Dan itu biasanya hasil ketekunan belajar dan menghadapi lautan data. Saya seringkali memaksakan memelototi lautan data itu sejam dalam sehari agar mengerti. Awalnya sih nggak faham. Seiring dengan waktu dan memaksa diri setiap hari, akhirnya bisa menemukan benang merahnya.
Tapi kalau pun malas untuk bercengkerama dengan lautan data, cara kedua bisa dilakukan: Googling. Ya, cari paper ilmiah mengenai perilaku konsumen dan trennya. Banyak paper tentang itu yang bergeletakan di Internet. Makin pinter Googling, makin cepat dapat yang kontekstual dan bagus. Bisa gratis pula.
Di era Internet inilah, tak ada perusahaan yang terlalu besar untuk hancur karena mengabaikan kecenderungan perilaku konsumen masa depan. Sebaliknya, tak ada perusahaan yg terlalu kecil untuk membesar karena kemampuannya memahami kecenderungan konsumen dan mengantisipasinya.
Untuk menyongsong masa depan, jadilah pengusaha bermental riset agar tak tergerus arus balik perilaku konsumen.
Dari smakin sering melototin timeline, kita jadi makin teruji untuk memegang kata kunci disana. Pasti ada yg bisa dilihat dari sekedar tampilan kata, kalimat juga avatar yg kadang begitu mudahnya berganti-ganti. Dan selalu ada alasan mengapa banyak pengguna yg melakukannya. Ini juga bagian dari riset.
Riset bagian dari investasi, setuju banget om!
Setuju dengan om nukman, riset membuat kita mampu mendapatkan celah pasar yang tepat dan mengail ikan-ikan yang tersedia dengan mudah.
Dan celah itu ada dimana-mana, masih banyak banget.
Salam sukses untuk anda
harus melototin data tiap hari nampaknya ni Pak Nukman.
riset memang bikin kita sedikit ribet, tapi hasilnya kita tak kebingungan dan langkah yang kita lakukan lebih tepat. sukses pak
Memang dibutuhkan kejelian dalam melakukan analisa atas data yang tersedia. Pengalaman dalam melakukan bisnis online akan meningkatkan analisa dan feeling atas suatu tren yang booming dimasa depan. Sayangnya, jika kita membidik market lokal data yang tersedia tidak cukup untuk melakukan riset pasar.
Kalou Gitu sekarang lebih mudah melakukan riset di dunia maya, ketimbang pergi ke pasar, namun caranya untuk kita yang kurang bisa memahami dunia manya mulai belajrnnya dari segi apa dulu ?
Dear Pak Nukman,
Terima kasih banyak atas masukannya
“Blue Ocean Strategy” memang salah satu kiat jitu untuk bisnis yang berkelanjutan.
ya memang gitu… pekerjaan saya juga seputar riset. Makin baik diriset awal, makin mudah melanjutkannya..
aji, Indonesian:
ya memang gitu… pekerjaan saya juga seputar riset. Makin baik diriset awal, makin mudah...
Arief Sukmo:
Ijin share ya Mas.
ima:
baguss, bisa dicoba kedepan
Kandil Sasmita:
Makasih Gan, nice info, akan saya pergunakan untuk memperbaiki kualitas blog saya juga
Yodhia @ Blog Strategi + Manajemen:
Saya suka dengan kata “now attitude”. Just do it now. Great article.
Pinterest, Tools Rekrutmen Baru di Social Media?
10 Tips agar Profil Linkedin Dilirik Headhunter
Member LinkedIn Melesat 150 Juta
Bagaimana Merekrut Talent via Facebook
Lebih Jauh tentang Social Recruiting Survei 2011
Pengusaha Bermental Riset
TwitWar itu Asik, Jika …
Lakukan Sekarang!
Momen Embun
Indahnya Sebuah Proses
Memulai Bisnis Bermodal Gagasan
Pengusaha itu Fokus pada Value, Bukan Kekayaan
Sisihkan Laba untuk Pertumbuhan Usaha
Kebiasaan Datang Pagi ke Kantor, Investasi Sehat untuk Diri Sendiri.
Tips Memilih Mitra Membangun Usaha