Eksis Plus Plus

February 7th, 2012
by venus

9 Comments

321 views

Saya kok agak gimana gitu ya, kalo denger kata ‘eksis’? Itu makanan apa, toh?

Secara umum, eksis dapat diterjemahkan dengan suatu keadaan, di mana orang lain mengakui keberadaan kita. Orang lain tahu bahwa kita ada. Semakin ke sini, definisinya semakin melebar. Eksis bisa juga berarti bahwa kita cukup populer di lingkungan tertentu. Mengenal, dikenal, dan disukai oleh banyak orang.

spacer

Di era digital, semua orang dimungkinkan untuk punya panggung sendiri. Setiap kita bisa tampil di banyak kanal social networking, baik sebagai sosok kita yang asli maupun yang aspal. Sah-sah saja.

Yang tampil menarik di atas panggung, entah karena dia lucu, pintar, atau baik hatinya, biasanya akan menjadi semacam sosok pujaan banyak orang. Selebritas baru. Dan follower pun, juga –barangkali– pekerjaan sampingan, mulai berdatangan. Itu pun, menurut saya, juga boleh-boleh aja.

Sayangnya, saya gak termasuk golongan yang mencari popularitas dan ribuan follower. Buat saya sih, eksis aja gak cukup. Banyak teman atau follower, sama sekali bukan prioritas berjejaring di internet. Meski jujur saja, menyenangkan sekali ketika tahu bahwa blog saya masih dibaca orang, misalnya. Atau kawan-kawan di Twitter (dan Facebook) masih mau ngobrol dan diajak berinteraksi lewat komentar, pertanyaan, dan samberan, yang gak jelas sekali pun. Internet can be that fun, really. Tapi sekali lagi, saya gak ingin berhenti dan merasa puas dengan pujian “Wah, simbok ini lumayan eksis ya..temennya banyak, kenal si ini dan si itu.”

Lha trus maunya apa, mbok?

Sederhana saja. Saya hanya akan merasa berarti kalau keberadaan saya di ranah digital ini membawa kebaikan dan manfaat buat orang lain. Buat sebanyak-banyak orang lain di sekitar saya.

Sedikit ilustrasi. Internet adalah semacam kantor buat saya. Lewat internet, saya punya kesempatan mengenal dan bertemu dengan banyak orang hebat di bidang masing-masing. Saya bekerja dan mencari nafkah di sini. Tentu saja, itu sangat menyenangkan. But still, it is not enough. Saya mau eksis yang plus plus. Yang gak cuma berarti saya punya banyak teman dan kenalan, atau bahkan membuat pundi-pundi uang saya membengkak karena dapet banyak kerjaan lewat networking.

Jadi gimana dong, mbok?

Jujur ya, yang jauh lebih menyenangkan dari itu semua, adalah saat saya bisa berbagi hal-hal positif dan berguna buat orang lain. Mengajar, berbagi sedikit ilmu –yang juga gak banyak-banyak amat–, bantu promosiin program-program sosial, diminta menjadi narasumber dan bicara tentang dunia kerja saya di depan orang banyak. Rasa bahagia yang didapat dari kegiatan-kegiatan yang gak mendatangkan uang itu justru membuat saya merasa semakin kaya. Membuat saya merasa berarti dan dihargai.

Itulah, buat saya, makna eksis yang sesungguhnya.

Kondom: Menurut Ngana?

February 6th, 2012
by venus

12 Comments

226 views

Tulisan Naussea soal kondom ini sangat menarik. Sejauh pengamatan saya yang gak jauh-jauh amat, artinya hanya sebatas apa yang saya lihat dan dengar dari sekitar, di Indonesia, pemakaian kondom belum terlalu populer.

spacer

Banyak yang bilang “ah pake kondom mana enak? mengurangi beberapa puluh persen kenikmatan. gak skin on skin.”

Oh, really? Yakin Anda mau mengambil risiko yang tak terbayangkan jika anda memilih untuk lebih skin on skin?

Having sex memang gak melulu dan selalu melibatkan rasa cinta. Bener, gak? Buat beberapa orang, di beberapa situasi, sex is sex. It has nothing to do with love. Please lah, jangan muna. Anda mungkin bukan penganut sekte ‘sex is sex’, tapi mari buka mata lebar-lebar. Semakin hari, sex menjadi barang yang lumrah dibicarakan, dan –barangkali– dilakukan tanpa melibatkan perasaan. Aku suka, kamu suka, sudah jangan bilang siapa-siapa. Hm?

Balik ke soal kondom. Lepas dari urusan moral, karena memang saya tidak sedang bicara tentang pernikahan, menurut Anda, pake kondom itu perlu atau gak? Satu keharusan, gak?

Menurut saya, iya. Pake kondom, wajib hukumnya. Kita urai satu persatu kenapa-kenapanya ya..

Play safe. Always play safe. Keamanan dan kesehatan Anda adalah yang utama. Ini mirip dengan aturan berkendara. Kalo naik motor, pakailah helm meski Anda cuma mau ke depan komplek buat beli sebungkus rokok. Kalau bawa mobil, ya pakai lah itu seat belt. Mana tau Anda lagi apes.

Tapi kenapa bawa-bawa soal kesehatan, sih? Emang apa risikonya, Mbok?

Banyak. Salah satunya adalah risiko terjadi kehamilan di luar nikah. Tapi itu gak ada apa-apanya dibandingin risiko yang lebih serem: STD. Hamil, solusinya gampang. Nikah aja udah. Beres. Nah, kalo kena penyakit aneh-aneh hanya karena kesenangan satu dua jam? Mau?

“Ah, dia bersih kok. Aku juga bersih.”

Again, OH REALLY? Sebaiknya jangan terlalu yakin dulu. Kita gak pernah tau dengan siapa pasangan kita pernah berhubungan seksual, kan? Kalau si pasangan (pacar, pacar satu malam blablabla) pernah tidur dengan 2 (dua) orang selain Anda saja, dan dua orang ini pernah have sex dengan dua orang lain lagi, dan dua orang ini pernah…silakan teruskan pohon silsilah ini. Serem, gak? Satu saja di antara para pelaku di pohon silsilah ini pernah terlibat dengan yang namanya Sexual Transmitted Desease, artinya Anda sedang membuka diri selebar-lebarnya untuk terjangkit penyakit yang sama.

Kalau dibalik, pertanyaan berikutnya adalah, dengan siapa saja anda pernah tidur? Haha.. makin serem. You’ve been around, s/he’s been around. Siapa yang berani menjamin keamanan dan kebersihan rantai yang sebegitu panjang?

Barusan, di Twitter, saya melempar pertanyaan iseng soal pake atau gak pake kondom. Jawaban yang masuk cukup beragam, tentu dengan berbagai alasan. Saya kutip beberapa ya.. Ada yang serius, ada yang mungkin ngasal atau lucu-lucuan. Silakan diterjemahkan sendiri.

@mas_anu: Pake. Lebih safe & mengurangi potensi kehamilan.
@fistomacho: kalo ada resiko ya jelas pake dong…
@IDberry: Gak pakai #eh
@rara2912 gw pake..-__- (KB)
@denydeyn: tanya ke pasangan dulu, dia maunya pakai apa tidak #ihik
@ninanenen: klo belom nikah, ya pake lah. Untuk menghindari pre-marital pregnancy tentunyah.
@kelakuan: memakai kondom gak berhubungan sama perasaan sih. Demi kesehatan aja
@patriaparamitha: gak pake!!cinta dan sayang kita terhalang latex..
@enirokhayati: teteup pake.. mana tau pasangangan kita kena #HIV ato kagak kan mbok?
@pinot: kondom adl sisi rasional dari kegiatan menjalin hasrat. selain tentu saja, kemampuan utk ‘mencabut sebelum keluar’
@umenumen: kalo sayang itu (menurutku): mau atau engga, siapa atau engga. Kalo iya mau dan siap, bebaskan pilihan pada pasangan. *pret*
@lalacamelia: ga pake kondom. Soalnya panas #eih #survey
@maya_larasati: Pake. It protects you n your partner

Jadi, Anda pilih pake atau gak pake?

*tulisan ini juga dimuat di Ngerumpi.

Balada Kartu Nama

January 29th, 2012
by venus

4 Comments

249 views

spacer

Beginilah kalo sok-sokan. Gayanya gak butuh, gak pengen punya. Pas akhirnya kepengen punya kartu nama Facebook dan coba ngeprint, ternyata ya emang free, sih. Tapi shipping-nya harus bayar sendiri sekian belas US dolar.

Ah, harusnya seperti gambar di atas itu penampakan si kartu nama. *nyengir sebal*

« Older Entries
spacer

Hello!

writer. big time dreamer. social media activist. site publisher. and above it all, a proud mother. (more)

gipoco.com is neither affiliated with the authors of this page nor responsible for its contents. This is a safe-cache copy of the original web site.