Matahari

Tentang Pembohong

spacer Depok, 8 November 2011

Diluar hujan, celotehan anak-anak operator bordir masih sehangat pagi tadi. Masih riuh menggoda salah satunya yang agak kebanci-bancian.  Bukan banci sebenarnya, tapi dia yang selalu menjadi bahan ledekan teman-temannya. Dia yang biasanya selalu aku mintain tolong beli gorengan di depan Sd negeri sana. Anaknya jujur,  itu yang aku puji dari sosoknya. Meskipun pendidikannya cuma tamatan SD, tapi dia lebih jujur dari beberapa orang yang mengaku kuliah hingga S2.

Lalu siapa yang belum pernah berbohong? aku pernah, sering.  Jangan tertawa, atau kamu merasa dibohongi.  Aku bohong kalo aku ga pernah bohong.  Yang sekarang ada adalah saya berusaha lebih jujur aja. :)

Kemarin, aku sempet menemukan seorang pembohong kelas teri. Bahkan bukan cuma dia, tipe seperti dia beberapa aku temui. Pembohong satu ini tipikal pembohong yang berbohong untuk  menutupi ketidakmampuannya. Misal, dia pamer harta melimpah, kesuksesannya, hasil kerja kerasnya, relasi-relasi hebatnya. Dia mencari pencitraan dimana saja, berusaha meyakinkan semua orang yg ditemui bahwa dia sukses, dia memiliki segalanya.  Tapi dia lebih bodoh dari seekor keledai. Ga ngerti untuk apa dia membuat pencitraan sedemikian rupa di depan aku. Mengambil simpatiku? atau ada modus…?

“bre,  tar tolong bikinin aku web ya, tar aku kasih data2nya, bikin profil company perusahan2ku..”

Stupid, bego, atau tolol orang ini. Dia mencitrakan bahwa dia punya perusahaan multinasional, dengan proyek-proyek besar. Tapi ga punya Web sendiri, ga mampu bayar Web Develop sendiri. Malah nyuruh aku, nyari gratisan? secara aku aja ga jago.  Atau dia ingin membuat penguatan pencitraan untuk orang banyak bahwa dia punya perusahaan besar yang ternyata ga lebih hanya sebuah ruko 2 lantai. (itupun sewa per 2thn).

Aku malah kasian dengan hidupnya, tipu sana-sini, ngomong sana-sini. Isinya ga lebih dari tong kosong. Wujud dari omongan dia sama sekali ga terbukti. Parah, mati hati manusia seperti ini. Jadi mending jauhin dan blacklist manusia semacam ini. Setuju??

Hari ini,

Aku tau dia bukan pembohong. Dia hanya sedikit berbohong. Dan apapun alasannya, itu “white Lie”.  Kebohongannya hanya untuk kebaikan. Aku masih percaya dia melakukan itu bukan karena dia pengen bikin pencitraan atau emang suka ngebohong.  Semua karena dia punya alasan. Dan aku punya batasan sampai sejauh mana aku berhak tau. Karena yang dia katakan ga lagi menyangkut kehidupan dia sendiri.

Meskipun sebenarnya aku masih lebih percaya kata-kata dia “kapan sih bre gw bisa bohong sama lo?” at least kenapa dia menutupi semuanya itu aku paham.  Aku pasti akan tanya macam-macam soal itu. dan.. ya sudahlah.

Jadi bingung mana yang bener,  dia real atau fake. Bagiku, yang terpenting dia baik-baik saja dan dia bisa bahagia. Dan semoga, nanti aku bisa bertemu kalian berdua dengan 2 wujud manusia berbeda, di pernikahannya.  April 2012.

Hujan berhenti waktunya pulang… Semoga November yang sejuk ini berhenti meranggas. :)

Author name:
Brendha Citra
Publish date:
November 8th, 2011
Discussion:
10 Comments
Categories:
Friends
Matahari
About Brendha Citra:
spacer Bre, that’s my name. I am just another ordinary mother who loves my family. Please do a favour by making any comments in my blog.

Follow on Twitter
Connect on Facebook
Visit website

Twin Sister

spacer

Rabu Tergesa-gesa

Selamat Pagi Matahari.

Aku mulai memperhatikan mereka, ketika aku memutuskan berteman dengan Matahari. Dua gadis berjalan beriringan. Sepertinya mereka kembar, meskipun tidak telalu identik. Tinggi mereka sama kira-kira160 cm. Mereka mengenakan baju abu-abu, mungkin anak tetangga di daerah sini. Kulit mereka kecoklatan, wajarnya anak sekolah yang kemana-mana menggunakan sarana umum sebagai tumpangan kemana mereka pergi. Yang satu berambut panjang sebahu, satu lagi pendek ala rambut BCL yang ternyata masih menjadi tren di tahun 2011 ini.

Mereka sedang menertawakan sesuatu, si rambut panjang menunjukan sesuatu dari handphone nya. Dan mereka tertawa bersama.

“si Kevin nekad nih, kayak ngga ada cewek lain di sekolah.” Si rambut panjang mengungkapkan keheranannya.

“karena lo emang pantes. Apa salahnya, lo cakep, pinter pula” si rambut Pendek mengungkapkan pembelaannya.

“gw tau reputasi dia gimana, banyak cewek yang ngarep sama dia, lagipula gw ga yakin dia tulus”

“lo terlalu berprasangka”

Aku diam mendengarkan obrolan sembari lewat mereka dari balik pagar rumahku. Si rambut panjang tidak menyadari keberadaanku, namun si rambut pendek sekilas aku merasa dia melihatku dan tersenyum.

20 menit kemudian ketika aku melajukan mobilku, sepintas aku melihat si rambut panjang menaiki sebuah angkot. Sendirian.

Kamis Gerimis

Semalaman hujan menguyur, aku hanya bisa mengucapkan salam pada bulan dari balik awan  mendung. Aku juga merindukanmu bulan. Sangat merindukanmu. Dan pagi ini gerimis memberi warna baru pada matahari. Biru Kelam.

Aku sudah melihat mereka dari kejauhan ketika aku meletakkan kantong sampah di tempat sampah di depan rumahku.

“beneran dia pernah cerita sama gw kek gitu” si rambut pendek menimpali.

“lo tau anak mana itu?” sepertinya si rambut panjang tidak bisa menutupi keingintahuannya.

“anak SMA **, gw jg ga kenal. Itu kata dia, ada jg anak SMA * . Itukan di Jakarta-sebelah-entah-gw-ga-tau” si rambut pendek tertawa.

“berarti dia mo maenin gw gitu?” si rambut panjang terdengar menyesal dari kata-katanya

“ga tau jg, secara gw jg ga tau banyak siapa dia. Mungkin nggak.

“tapi kan kata lo di…..” mereka semakin jauh. Dan aku tidak mendengar percakapan mereka lagi.

Pagi itu aku melihat si rambut pendek yang menaiki angkot. Sendirian.

Senin Kepagian.

Aku ada janji dengan Dani si lantai 13 untuk menyapa Matahari bersama. Dia tidak ada lemburan sebenarnya, hanya beberapa minggu ini kami semakin dekat. Dia banyak bercerita tentang matahari, dan aku menceritakan Bulan sepanjang yang aku tahu. Dan pagi ini yang sebenarnya masih gelap, aku mesti terburu-buru. Perjuangan menuju atap lebih mudah semenjak dani mengnalkan aku pada lift barang yang berada di samping gedung dekat dengan parkiran. Bodohnya aku kenapa dulu tidak terpikir olehku.

Tapi ketika aku membuka pintu pagarku, aku melihat mereka mendekati. Sepagi ini??

“Gw benci kalo ada pelajaran jam ke-0, kita kan masih kelas 2”  si rambut panjang menguap panjang.

“sama gw juga sebel, dan kenapa juga papa pake acara ke Surabaya” si rambut pendek sedikit mengerucutkan bibirnya.

“eh, lo tau ga? Kevin tar ngajak gw makan siang bareng di kantin.”

“apaa?? Ga salah lo.. reputasi lo gimana? Lo ga takut bakal dijauhin sama anak-anak? Mereka kan musuhan!!”

“tau ah, gw jg bingung. Mungkin gw…..”

Aku tidak memperhatikan mereka lagi. Aku harus berangkat. Dani menungguku diatap sana. Semoga pagi ini bercerita tenatang sesuatu yang baru, aku bosan dengan cerita burung hantu.

Dari spion tengahku aku melihat mereka berjalan berdua, rambut mereka sama panjangnya. Ah ini mungkin hanya lampu.

Kamis Tidak terduga.

Dari balik jendela kku melihat si Rambut panjang berjalan dengan seorang laki-laki-. Tidak terlalu tinggi. Aku tidak bisa mendengarkan pembicaraan mereka. Dan aku tidak melihat si rambut pendek. Kemana dia?

Si rambut panjang seperti terlihat malu-malu.

Jumat Menjawab.

Jam 14.30 an, aku ijin pulang cepat. Badanku sedang tidak bersahabat sekali. 5 hari ini pekerjaan kantor harus aku bawa pulang. Dan semua itu tanpa aku sadari menguras energiku. Tadinya dani menawarkan mengantar pulang, tapi aku menolak.

Ketika aku memasuki belokan menuju rumahku. Bersamaan aku melihat dua gadis yang beberapa minggu ini menjadi salah satu warna di pagi ku. Segera ku percepat jalan mobilku, aku agak penasaran dengan mereka. Mungkin sebaiknya aku menyapa mereka. Toh mereka sering lewat depan rumahku.

Aku pura-pura akan menutup pagar ketika si rambut panjang melintas.

“Lho kok sendirian dek? Sodara kembarnya mana?” sapaku sambil tersenyum.

Dia menjawab, “ Eh, iya kak sendirian. Sodara siapa ya kak? Aku selalu sendiri kok.” Dia menghentikan langkahnya. Aku bisa mengamati wajahnya dengan jelas sekarang, AYU. Itu penilaianku tentang gadis itu.

“Lho yang tiap pagi berangkat sekolah sama kamu siapa dong?” Aku mulai penasaran.

“Saya berangkat sendiri kok kak. Kok kakak bisa bilang aku sama sodara kembarku. Aku kan ga punya kak, aku ini anak tunggal. Kakak serem ah…” Dia tertawa renyah menggodaku.

“Masa? Oh, mungkin aku salah liat kali”

“iya kali kak. Permisi ya kak, saya pulang dulu.” Gadis itu melanjutkan langkahnya.

Ketika aku selesai menutup pintu pagarku, gadis itu sudah melewati 2 rumah di sebelah rumahku. Aku melihat mereka berdua, si rambut panjang dan si rambut pendek.

Saat aku mengalihkan pandanganku, aku seperti yakin sekali si rambut pendek menoleh kepadaku dan tersenyum. Seketika aku menyadari apa yang terjadi.

Matahari telah memberi tahu aku sebuah pelajaran baru.

Author name:
Brendha Citra
Publish date:
March 28th, 2011
Discussion:
12 Comments
Categories:
Matahari
About Brendha Citra:
spacer Bre, that’s my name. I am just another ordinary mother who loves my family. Please do a favour by making any comments in my blog.

Follow on Twitter
Connect on Facebook
Visit website

Selamat Pagi Matahari

spacer

Selamat Pagi Matahari

 

Hampir pukul 5 pagi di selatan Jakarta. Aku terburu-buru menaiki tangga. Tangga ini sepertinya memang jarang digunakan semenjak mereka atau maksud nya adalah aku, jatuh cinta pada mesin bernama Lift. Tentu saja kali ini aku tidak mungkin menggunakan lift. karena apa? karena lift utama berada di lobby lantai satu dimana pintu lobby sepagi ini belum dibuka ditambah lagi jika aku harus menggedor seperti orang gila, aku mesti memutari gedung besar beserta pelatarannya seluas hampir 5 hektar. Tidak, terimakasih. Dan tangga ini berada di belakang gedung dan meskipun dengan itu aku membayarnya dengan berlarian.  8 lantai lagi dan sekarang aku terburu-buru.

 

Kenapa aku terburu-buru? Padahal biasanya jam 8 pagi aku baru masuk ke basement untuk memarkir motorku. Dan sekarang pagi-pagi sekali aku sudah berlarian menaiki tangga menjengkelkan ini. Untung aku sempat memakai sepatu kets lamaku, agak sempit. Aku jadi mulai berpikir kapan terakhir aku memakainya ? Ya Tuhan, bahkan aku sudah lupa kapan membelinya. Ok, sepatu sport akan jadi salah satu prioritasku tahun ini melihat betapa bergunanya dia sekarang.

 

Dan mengapa aku malah memikirkan sepatuku, aku melirik jam tanganku. 05.08. 4 lantai lagi dan nafasku sudah di ujung hidung. Keringatku sebesar biji jagung membanjiri piyamaku. Whatt??? Piyama? aku sempat memakai sepatu kets tapi aku tak sempat berganti baju. Satu lagi kebodohan di pagi hari. Whatever lah. Tunggu, 2 menit saja aku mengatur nafasku. Namun ketika aku melihat ke atas, Tidaaakkk!!!

 

sebelumnya atau kira-kira 5 hari yang lalu.

 

Sore selepas hujan. Aku ambil bungkus rokokku dari laci mejaku. Sandal atau sepatu ? Dan aku melirik ruangan gelap di sebelah. Sandal. Orang jepang itu udah pergi dari selesai makan siang tadi. Artinya aku aman-aman saja berkeliaran dengan sandal jepit kuning cantikku ini. Toh sudah jam pulang kantor. Mereka tidak bisa memecatku hanya karena aku memakai sandal di luar jam kerja. Benarkah? aku yakin aku menghibur diriku sendiri. Aku membelinya di Bali setahun yang lalu seharga 20 ribu. Warnanya kuning manis, dengan manik-manik pada karet jepitnya dan di ujungnya menempel bunga kamboja palsu berwarna hijau.

 

Orang-orang mulai berpamitan ketika berpapasan denganku. Aku mesti menunggu mereka benar-benar keluar dari lift sebelum akhirnya aku melangkahkan kakiku masuk ke ruangan sempit itu. Sendirian. Tombol Lantai 15 menyala dan pintupun tertutup. Dan untuk 7 lantai keatas, mereka akan mengurungkan niatnya memasuki lift setiap melihatku. Bukan karena tidak suka atau benci. Tapi karena aku Naik dan mereka Turun. Aku Ingat setahunan yang lalu ketika aku mulai melakukan rutinitas melepas sore. Aku harus berkali-kali mengatakan aku akan naik ke lantai 15, lalu mereka akan mundur dan membiarkan pintunya tertutup lagi. Sampai akhirnya mereka terbiasa dan memilih menunggu pintu lainnya terbuka dan Turun.

 

Namun ketika pintu lantai 13 terbuka, seseorang tetap memaksakan masuk. Saya naik.

 

“Ok, tidak masalah” Senyumnya menghiasi wajahnya yang tampan.

 

Terserah anda. Dan kami terdiam. Aku mulai kembali dengan lamunanku ketika tiba-tiba dia memulai pembicaraan.

 

“jadi kamu yang selalu naik ketika semua orang Turun?” Tanyanya

 

Yup, Cukup menyindir jika pertanyaan itu jika bukan dalam arti sebenarnya. Aku sedikit menyunggingkan bibirku untuk sekedar memberi kesan sopan.

 

“Its ok kalau saya ikut?” dia memamerkan gigi-gigi putihnya, seolah memohon. Terserah kamu, bukan aku pemilik gedung ini.

 

Aku keluar menuju atap gedung, laki-laki itu mengikuti aku. Ada perasaan was-was di benakku. Akhir-akhir ini aku dengar surat kabar harian yang selalu memberitakan macam-macam kriminal  terutama tentang pemerkosaan di halaman depannya, halaman beritanya semakin banyak. Dan jika laki-laki ini berani macam-macam denganku,

 

“jangan takut, aku tidak bermaksud jahat dengan kamu” Dan seperti menjawab tatapan curiga ku, aku hanya bisa tersenyum. Aku tetap mengambil besi pendek berdiameter kurang lebih 7cm sisa matrial yang aku temukan kemarin. Aku menyimpannya dibawah tangga menuju atap. Untuk jaga-jaga.

 

Dia terkekeh. “terserah kamu”

 

Aku sudah mencium bau Malam. Dibawah sana aku yakin sedang terjadi kebisingan lalulintas. Aku tidak peduli. Dan sekali lagi, meskipun bulan masih tertutup awan sisa hujan. Selalu dan sepertinya akan selalu.

 

SELAMAT MALAM BULAN.

 

Aku hirup asap rokokku, mau? Aku menawarkan pada laki-laki itu. “Thanks.” Dia mengambil sendiri rokok di saku kemejanya. dan mulai menghirupnya.

 

Namaku bre. Aku di lantai 8.

 

Kami bersalaman. “Aku Dani. aku di lantai 13” Dan kami tertawa. terdengar menyeramkan, lantai 13. Spooky floor. “banyak yang bilang begitu” seolah membenarkan perkataan orang-orang tentang lantai 13.

 

“anyway, kamu pernah menyapa Matahari?” aku terdiam “aku beberapa kali menyapanya ketika bosku yang kejam itu memaksaku lembur”

 

Tidak, Tidak pernah. Aku sudah cukup dengan bulan. “Kamu harus mencobanya, sambutlah matahari. Dan berbagilah cinta dengan bulan”

 

Aku belum pernah mendengar ide segila itu, berbagi cinta dengan bulan. Lalu dia mulai berceloteh tentang warna, udara, Rasa, dan entah apa itu. Memikirkannya saja aku tidak berani, aku akan disebut berkhianat, pembangkang, pemberontak jika sampai melakukan itu semua

 

“Maka jadilah seorang bre yang hidup diantara malam dan Pagi. Berbagilah, kamu memang milik malam. namun kamu juga bisa mencintai pagi. Cobaah hidup.”

 

Aku turun. “Heiiii…. 5 hari lagi aku mungkin menyapa matahari. Datanglah”

 

Sekarang.

 

Dan jika bukan karena peristiwa itu, aku tidak mungkin tidak memikirkannya. Semakin aku memikirkannya, maka semakin gila aku. Dan buktinya sekarang aku sedang bersusah payah menaiki tangga sialan ini. Sedikit lagi. Aku sudah melihat senyum mengejeknya dari atas sana. Nyaris jatuh. Dan…

 

SELAMAT PAGI MATAHARI.

 

Kuucapkan juga. “Kamu nyaris terlambat” Aku tidak mendengarkan kata-katanya. Aku masih sibuk mengatur nafasku. Aku tertawa lepas, aku menari. Aku sama sekali tidak peduli dengan baju piyamaku atau sepatu bututku, aku tidak peduli wajahku seperti kepiting rebus dengan rambut berantakan. Aku sama sekali melupakan aku dan siapa aku. Aku pemula, mengenal Matahari.

 

Aku sedang menikmati pagi. Tidak ingin terganggu. “bagaimana rasanya”

 

Rasakan sendiri nikmatnya

 

____________________________________________________________

 

terimakasih untuk sebuah lecutan hidup yang memulai ini semua

 

jakarta, 2011

 

 

 

 

Author name:
Brendha Citra
Publish date:
March 24th, 2011
Discussion:
16 Comments
Categories:
Matahari
About Brendha Citra:
spacer Bre, that’s my name. I am just another ordinary mother who loves my family. Please do a favour by making any comments in my blog.

Follow on Twitter
Connect on Facebook
Visit website
  • New Story

    • Good bye 2011
    • Apologize
    • Episode baru
    • Diam di dalam diam
    • Romansa aku dan pohon mengkudu
    • My husband gay 2
    • Lagi ga butuh cinta
    • Tentang sebuah Pertunjukan
    • Tentang Pembohong
    • C.L.B.K season 2
  • konco-konco

    • Andi Pangeran
    • Brencia KerenS
    • Mbahsangkil
    • Penyandang Disabilitas dan Pandangan Masyarakat
    • Plendhus
    • The Suryaden
  • Friends’ Responses

    • surya on Apologize
    • www.tilestogo.com.au/ on >last Message
    • gogo caroselle on Good bye 2011
    • Adik Lucu on Good bye 2011
    • Lily on Apologize
    • Iman on Good bye 2011
    • etha on Good bye 2011
    • Suke on Good bye 2011
    • Ruckus on Lagi ga butuh cinta
    • Ruckus on Tentang sebuah Pertunjukan
    • Ruckus on Episode baru
    • Ruckus on Romansa aku dan pohon mengkudu
    • MOXA on My husband gay 2
    • etha on Apologize
    • putri on Apologize
  • Follow me...

      spacer
    • 1970/01/01 00:00 by
    • 1970/01/01 00:00 by
gipoco.com is neither affiliated with the authors of this page nor responsible for its contents. This is a safe-cache copy of the original web site.