Author Archive

Mengomentari Mereka yang Sedang Menolong

December 18th, 2011 | Author: dianparamita

spacer
Indonesia sedang membutuhkan pertolongan kita. Banyak masalah sehingga banyak yang harus ditolong. Bersama teman-teman, kami berusaha menolong semampu kami, sesuai yang kami pikir baik dan sesuai dengan kemampuan kami.

Namun tidak sedikit orang mengomentari aksi kami. Saya tidak masalah untuk dikritik. Kritikan itu baik. Namun kritikan itu berbeda dengan komentar. Kritikan sifatnya serius, ucapannya sudah dipikirkan terlebih dahulu secara luas, dan untuk sesuatu yang lebih baik. Sementara komentar, bagi saya sifatnya lebih asal, tanpa memikirkan ucapannya, tidak memikirkan masalah secara luas.

Saya beri beberapa contoh. Saat saya dan teman-teman saya membuat aksi Peduli Merapi, kami mengumpulkan dana lewat Twitter, kami belanjakan untuk kebutuhan pengungsi, kami foto kegiatan belanja hingga kegiatan penyaluran bantuan ke pengungsian dan kami share di Twitter. Lalu muncul komentar,

Halah, membantu aja pake di-share di Twitter. Bantu ya bantu ga usah pake pamer.

Tahukah dia bahwa share di Twitter itu bentuk pertanggung jawaban kami kepada para donatur karena kami sedang memegang uang mereka yang mereka percayakan untuk membantu pengungsi korban Merapi? Tega sekali menyebut kami pamer.

Itu detergennya kenapa yang itu? Itu kan ga ramah lingkungan!

Tahukah dia betapa kacaunya keadaan di Jogja saat itu? Bahwa keadaan di supermarket saat itu sangat hiruk pikuk. Banyak sekali relawan yang datang ke supermarket untuk membeli barang kebutuhan pengungsi. Kami tidak memiliki waktu untuk berdiri di depan rak detergen, membaca satu-satu mana yang ramah lingkungan mana yang tidak. Atau waktu untuk mengembalikan puluhan deterjen yang sudah masuk keranjang belanjaan untuk ditukar dengan detergen yang ramah lingkungan.

Sama juga saat saya membuat kampanye Mengenang Munir. Saya memang melakukannya sendiri tanpa team, tetapi saya banyak dibantu oleh beberapa celeb yang membantu meramaikan, media yang membantu memberitakan, pihak-pihak yang membantu menyediakan venue dan sound system gratis. Satu-satu saya beri ucapan terima kasih sesuai bantuan mereka melalui Twitter. Lalu muncul komentar,

Terima kasih terima kasih. Njuk koe mbantu opo? (Terima kasih terima kasih. Lalu kamunya bantu apa?)

Bingung. Saya sebagai inisiator dan penyelenggara kampanye justru ada yang menanyakan seperti itu. spacer

Dan terakhir, pada kampanye Save Orangutans, yang saya dan teman-teman selenggarakan untuk meningkatkan awareness masyarakat mengenai kasus pembantai orangutan. Saat saya dan para celeb sedang beramai-ramai tweet tentang isu ini, muncul komentar,

Kenapa baru sekarang membuat kampanye seperti ini? Orangutan udah dibantai dari dulu!

Baru sekarang karena isu ini muncul di hadapan saya baru sekarang. Maka saya tergerak sekarang. Jika dari dulu saya tau, dan daridulu saya memiliki kemampuan seperti sekarang, saya tentu melakukannya sejak dulu.

Lalu bagaimana dengan penyu? Bagaimana dengan harimau? Kok cuma orangutan?

atau

Seharusnya kita menentukan skala prioritas. Manusia lebih prioritas.

Bagi saya, nyawa milik manusia, binatang, dan tumbuhan itu semua prioritas. Namun karena keterbatasan saya, saya tidak mampu memprioritaskan mana yang harus saya tolong terlebih dahulu. Saya ingin sekali menangani kelaparan di Indonesia, atau menangani seluruh binatang yang diperlakukan tidak etis di negri ini, atau menangani hutan-hutan yang dibabat habis oleh perusahaan sawit. Tapi saya bukan presiden, tentu saya tidak mampu menangani semua itu. Kemampuan saya belum pada level itu. Yang saya bantu sekarang adalah yang sesuai kemampuan saya. Sekarang level kemampuan saya untuk menolong para orangutan yang dibantai. Bukan pilih kasih, ini hanya masalah keterbatasan.

Tetapi jika Anda merasa ada makhluk hidup lain selain orangutan yang butuh pertolongan, kenapa tidak Anda lakukan? Anda tentu akan mendapatkan dukungan dari saya dan semua orang. Kenapa tidak memulainya? Ayo bersama-sama kita membantu Indonesia di segala kasus. Kemampuan masing-masing dari kita memang terbatas, namun jika bersatu akan luar biasa. Dan saya memohon agar Anda terjun dan lakukan sesuatu jika Anda merasa ada yang membutuhkan.

Dari segala macam komentar yang pernah datang, saya menjadi belajar kemampuan memilah kritik dan komentar, mana yang yang harus dijawab dan mana yang harus diabaikan. Saya juga mendapat pelajaran bahwa apapun masalah yang dihadapi saat berusaha menolong, jangan sampai mengganggu tujuan utama kita menolong mereka yang membutuhkan. Tulisan ini dedikasikan untuk membesarkan hati mereka yang sedang berusaha menolong tetapi sering menerima komentar kurang baik.

Posted in Uncategorized | 4 Comments »

Undangan Lets #SaveOrangutans, 20 Desember 2011

December 16th, 2011 | Author: dianparamita

spacer
Ada pembantaian terhadap orangutan di Kalimantan. Orangutan ditangkap, dipukuli hingga mati, lalu mayatnya dimutilasi. Berita mengatakan hal ini dilakukan karena orangutan dianggap hama sawit. Padahal sebenarnya mereka masuk ke perkampungan warga karena habitat mereka diambil untuk dijadikan kebun sawit. Warga yang berhasil menangkap orangutan hidup atau mati, akan diberi upah sebesar 500 ribu hingga 2 juta rupiah. Akibatnya, jumlah populasi orangutan di Indonesia semakin menurun, padahal orangutan merupakan salah satu hewan endemik Indonesia dan hanya ada di Indonesia. Jika hal ini terus dibiarkan berlanjut, status orangutan yang sudah hampir punah dapat segera berubah menjadi punah.

Kami ingin membuat masyarakat sadar dan turut peduli mengenai hal ini. Sehingga kami ingin membuat sebuah event agar dapat menyebarkan berita menyesakkan ini, agar kita bisa bersama-sama membantu orangutan. Untuk itu kami mengundang teman-teman untuk data pada Kampanye #SaveOrangutans,

Hari, Tanggal : Selasa, 20 Desember 2011
Waktu                : Pukul 19.00 – 21.00 WIB
Tempat              : @america, Pasific Place, Lantai 3, Jakarta

Dengan pembicara antara lain Chairul Saleh (WWF), Rini (BOSF), Yolinda (Wartawan Trans 7), Arian (Musisi/Aktivis Orangutan). Yang akan dimoderatori oleh Marischka Prudence.

Isi acaranya antara lain memberikan fakta mengenai pembantaian orangutan di Kalimantan, tentang bagaimana keadaan orangutan, dan bagaimana cara menyelamatkannya. Di akhir acara akan diadakan pengumpulan sumbangan untuk penyelamatan orangutan.

Ketika event ini disusun konsepnya, kami membutuhkan venue sesuai acara dan akhirnya kami menemukan @america sebagai partner venue. Kami mengucapkan terima kasih banyak karena @america bersedia membantu menyediakan venue untuk acara ini. spacer

Can’t wait to meet you guys and let’s help our orangutans! spacer

PS: Venue tidak begitu besar sehingga siapa cepat, bisa masuk. Jika sudah penuh, ga bisa masuk. spacer

Posted in Uncategorized | 1 Comment »

Terima Kasih Sondang Hutagalung

December 11th, 2011 | Author: dianparamita

spacer

Sondang Hutagalung, mahasiswa muda Universitas Bung Karno, yang nekat membakar dirinya tepat di depan Istana Merdeka Jakarta, Rabu, 7 Desember 2011 lalu. Ia meninggal dunia 3 hari setelah aksinya, Sabtu, 10 Desember 2011.

Sesaat setelah saya mengucapkan bela sungkawa terhadap kematian Sondang, ada seorang teman bertanya, “menurut kamu, aksi Sondang itu sebuah aksi kepahlawanan atau ketololan?” Saat itu saya merasa belum mampu mengomentari aksi Sondang. Too early for that. Saya merasa harus diam dulu. Mencermatinya dahulu.

Saya mulai membaca komentar-komentar masyarakat mengenai aksi Sondang. Banyak yang memuji dan menghormati aksi Sondang, tapi tak sedikit yang memberi komentar negatif dan kecewa.

Itu bukan aksi kepahlawanan. Itu aksi ketololan. Kenapa harus bunuh diri? Sondang masih bisa berguna untuk negri ini jika dia masih hidup. Apa dia tidak kasihan dengan keluarga dan teman yang dia tinggal?

Secara logika saya setuju. Namun hati kecil saya tidak setuju. Hati kecil saya mengatakan aksi Sondang tidak sia-sia. Aksi Sondang justru bermakna sangat dalam. Ia pantas disebut pahlawan karena aksinya. Namun saat itu saya tidak mampu menguraikan isi hati saya dengan kata-kata yang tepat.

Sampai akhirnya saya menemukan komentar insensitive,

Sondang itu frustasi.

Saya ikut sakit hati untuk Sondang karena komentar ini. Saya terpukul dan tak tahan untuk berdiam lebih lama. Saya merasa harus serius membelanya. Saya niatkan itu. Butuh waktu untuk memahami hati kecil saya, sehingga saya bisa mampu mengutarakan dengan kata-kata yang tepat. Sore ini saya berhasil memahaminya.

Kita telah memandang sebuah perjuangan dengan sempit. Bahwa perjuangan itu harus ada bentuk fisiknya, bisa dilihat, bisa dirasakan secara jelas, bisa langsung dimanfaatkan rakyat. Apakah perjuangan hanya sebatas itu? Tidak. Menyadarkan rakyat bahwa negara ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan adalah sebuah perjuangan baru.

Tepat pada Hari Hak Asasi Manusia, hal yang selalu Sondang perjuangkan, ia meninggal dunia. Namun kematiannya telah berhasil menunjukkan kepada dunia betapa prihatinnya Indonesia kita. Dia berhasil membuat kita terpukul, ada seorang anak bangsa yang membakar dirinya sendiri di depan istana negara untuk menunjukkan kekecewaan dan kemarahannya terhadap perlakuan pemerintah Indonesia atas rakyatnya. Ia mengorbankan nyawa dan meninggalkan keluarganya untuk sebuah niat memperbaiki negri ini. Perjuangan memang membutuhkan pengorbanan.

Mungkin ada banyak yang mengatakan aksi Sondang adalah aksi pesimis terhadap bangsa ini. Saya tidak setuju. Justru ini adalah aksi optimis. Mereka yang pesimis adalah mereka yang masa bodoh, tidak peduli dengan nasib bangsanya, dan memilih untuk peduli pada dirinya sendiri. Mereka yang pesimis adalah mereka yang tidak peduli bagaimana jalannya negara ini, asalkan ia masih bisa makan enak dan hidup tenang. Karena mereka yakin, apapun yang mereka lakukan tak akan merubah Indonesia. Sondang tidak pesimis. Saking cintanya ia kepada bangsa ini, saking sakit hatinya dia merasakan korban-korban pelanggaran HAM di negara ini, ia merelakan nyawanya untuk menunjukkan hal itu kepada kita. Sondang optimis bahwa bangsa ini masih bisa berubah menjadi bangsa yang lebih baik, jika ada yang mengingatkan. Sondang telah mengingatkan kita. Kita harus berubah. Inilah perjuangan baru.

Atas apa yang saya pahami sore ini, saya tak rela aksi Sondang dikatakan sia-sia, tak berguna, atau bahkan tolol. Aksinya jauh dari itu. Apa yang Sondang rasakan, seharusnya juga kita rasakan. Saya ingin kita menghormatinya atas perjuangnnya. Terima kasih Sondang, atas jasamu mengingatkan kita untuk mengubah bangsa ini dari kondisi yang memprihatikan. Salam untuk Tuhan yang berada di sampingmu sekarang. spacer

PS: I wish I knew you.

Posted in Uncategorized | 8 Comments »

Talangsari Februari 1989, Lulus Februari 2012

December 7th, 2011 | Author: dianparamita

spacer

Kalau bukan karena KontraS (Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan), saya tidak akan pernah tahu kasus ini, kasus yang melanggar HAM rakyat Indonesia dengan sangat berat. Hanya karena diduga (masih diduga belum terbukti) melakukan kegiatan mencurigakan dengan kedok pengajian, kampung warga Talangsari dibakar, 246 orang hilang hingga sekarang. Ceritanya sadis, mereka tiba-tiba ditembaki saat pulang bersawah. Cerita lebih sadis dari itu, silahkan dicari sendiri. Saya tidak berani menuliskannya disini.

Sudah lebih dari 20 tahun kasus ini hampir dilupakan. Namun bersyukur ada pejuang HAM negri ini yang masih setia memperjuangkannya. Jika bukan karena mereka, saya tidak pernah tahu, bahwa saat saya masih berumur 1 tahun, ada sebuah pelanggaran HAM besar di negri ini.

Karena peristiwa menyesakkan itu, karena pemerintah tak kunjung memperdulikannya, saya ingin membuat sesuatu untuk menenang mereka. Saya berusaha menyelesaikan studi S1 saya di Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada tepat pada Bulan Februari untuk saya persembahkan kepada mereka para korban Kasus Talangsari yang hampir terlupakan.

Posted in Uncategorized | No Comments »

Kasus Kematian Sadis 3 Anjing St. Bernard oleh Johanes Indrajaya

December 4th, 2011 | Author: dianparamita

spacer

Jumat, 4 Februari 2011, 4 anjing St. Bernard milik Christina diangkut oleh Johanes Indrajaya, pemilik jasa pengiriman hewan, Planet Petshop. Ia yang dipercaya memiliki pengalaman dalam mengirimkan binatang hidup ke luar kota telah memasukkan 2 anjing St. Bernard ke dalam sebuah kandang yang lebih kecil dari ukuran 1 anjing St. Bernard. Tanpa memberi mereka minuman dan justru menutupi lobang-lobang kandang dengan lakban, selama 15 jam 4 anjing itu dikirim dengan kereta Jakarta-Jogja. Keesokan harinya, 3 dari 4 anjing itu mati mengenaskan. Darah keluar dari mata, hidung, dan telinga mereka. Menurut dokter yang memeriksa, anjing-anjing itu kekurangan oksigen sehingga paru-paru mereka pecah.

spacer
spacer
spacer

Karena Christina menceritakan kasusnya di Kaskus lalu menjalar ke Twitter, kasus ini menjadi semakin diketahui masyarakat. Mereka ikut marah. Christina didukung untuk membawa kasus ini ke pengadilan. Didampingi Todung Mulya Lubis sebagai kuasa hukumnya, Christina menuntut Johanes. Tuntutan Christina inilah yang menjadi sangat penting. Ia menuntut kerugian 90 juta rupiah dan kerugian imaterial sebesar 1 milyar rupiah. Jika pengadilan mengabulkannya, Christina akan menyerahkan semua hasil tuntutannya ke yayasan dan organisasi peduli hewan di Indonesia.

Namun yang lebih penting lagi, jika tuntutan Christina dikabulkan pengadilan, Indonesia mencatat sejarah baru, bahwa penyiksaan binatang tidak dapat ditolerir lagi di negara ini. Bahwa negara ini telah melindungi kesejahteraan binatang. Ini akan membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih berhati-hati dalam memperlakukan binatang.

Update Kasus:

  • Sidang pertama, 21 November 2011, Johanes maupun kuasa hukumnya tidak datang.
  • Sidang kedua, 12 Desember 2011, Johanes terlihat (ada bukti foto) sedang makan di J.Co Gadjah Mada Plaza. Ia akhirnya datang 15 menit sebelum sidang ditutup.
  • Johanes mengancam akan menuntut balik soal pencemaran nama baik.
Posted in Uncategorized | No Comments »

52 Tahun Ibuku

November 25th, 2011 | Author: dianparamita

spacer

Kebanggaan dalam hidupku adalah ibuku. Aku selalu menceritakan kepada siapapun mengenai sosoknya. Bagaimana ia sangat menyayangiku, mengertiku, menghiburku, dan melindungiku. Namun ternyata orang lain pun begitu, menceritakan sosoknya. Bagaimana ibu sangat menyayangi, mengerti, menghibur, dan melindungi mereka. Mereka menyebutku beruntung. Bahkan jika binatang dan tumbuhan bisa berbicara, aku yakin mereka akan berkata yang sama.

Pernah aku menemaninya mengajar. Di siang hari yang panas, Ibu menghibur mereka dengan gurauannya. Ibu terlihat sangat bodoh sekali di depan kelas. Seperti seorang stand-up comedy. Seluruh kelas tertawa terbahak-bahak. Begitu juga denganku. Di rumah dan di kelas ia sama saja, tampil bodoh untuk membuat orang lain tertawa. Selesai mengajar, banyak yang menghampirinya. Mereka mengobrol dan saling bergurau. Maka setiap aku bertemu dengan mahasiswanya, mereka selalu berkata, “anaknya Ibu Noor? Wah ibu itu orangnya baik dan lucu sekali! Dia dosen favoritku. Beruntung sekali memiliki ibu sepertinya.”

Pernah aku mengantarkannya ke kantornya. Ibu memarahiku jika tidak membuka jendela mobil saat melihatkan kartu parkir kepada satpam kantornya. Katanya tidak sopan tidak membuka jendela. Katanya aku harus menghormati mereka. Ia juga selalu terlihat tersenyum-senyum walau sedang berjalan sendirian. Para petugas kebersihan dan karyawan kantornya pun menjadi tak ragu untuk berhenti jika melihatnya, mereka menyapa lalu mengobrol sebentar dengan ibu. Maka setiap bertemu dengan karyawan, satpam, atau penjual di kantin di kantornya, setiap aku mengatakan aku anaknya, mereka langsung tersenyum cerah. Ibu terkenal ramah. Mereka merasa sangat dihormati ibu. Dalam hati aku bersyukur, aku orang yang beruntung.

Pernah ibu meminjam sepatu rodaku. Ia tampil bodoh berseluncur dengan sepatu roda di dalam rumah. Namun tiba-tiba ia menjatuhkan diri. Kita semua kaget. Kenapa menjatuhkan diri? Ternyata dia menghindari semut lewat. Pernah juga ia merasa iba terhadap semut-semut di rumah yang membawa potongan kuku. Katanya, “aduh kasihan sekali. Kuku saja dimakan.” Lalu ia menyebarkan gula di halaman belakang, untuk memberi makan semut-semut itu. Ada juga beberapa kali aku memergoki ia berbicara dengan daun-daun di halaman depan. Ia bilang pada daun itu agar mereka jangan mati, Ibu sedang berusaha membuatnya tumbuh. Beberapa orang memandang ibu gila. Ia dipandang aneh dalam memperlakukan binatang dan tumbuhan. Tapi yang aneh tak selalu buruk. Aku sangat bangga pada semua kelakuan anehnya. Aku orang yang beruntung bisa mempelajari semua pandangan-pandangannya yang gila.

Pernah ia menasehatiku, bahwa ia tak akan mempermasalahkan dengan siapa aku menikah nanti asalkan aku  bisa mencari nafkah untuk diriku sendiri dan anakku nanti. Ia juga pernah menasehatiku agar aku selalu bisa menghibur diriku sendiri. Agar aku selalu tulus menjadi orang baik. Agar selalu young at heart. Mungkin itu sebabnya ia menjadi orang yang  sangat mandiri, selalu bahagia, terkenal baik, dan awet muda walaupun hari ini umurnya sudah menginjak 52.

Dari segala macam cerita dan pengalamanku bersama ibu, aku menjadi heran. Aku tak tau kenapa dari sekian banyak orang, Tuhan memilihku untuk menjadi orang yang paling beruntung di dunia memiliki ibu sepertinya. Selamat ulang tahun, Ibuku. Aku dan dunia mencintaimu.

PS: Hadiah ulang tahun dariku dan Mas Herman: noorrahmani.com Semoga bisa menjadi media untuk menyebarkan kasih sayang dan ide gila!

Posted in People. | 3 Comments »

Risa Amrikasari dan Tanggung Jawab Blogger

November 24th, 2011 | Author: dianparamita

Tulisan ini telah diupdate. Silahkan scroll ke bawah.

Kemarin sore (23/11), Risa Amrikasari mengkritik blogger peserta ASEAN Blogger Conference (ABC) Bali yang tidak melaporkan acara itu dalam postingan blog. Menurutnya, blogger yang sudah dibayari ke Bali punya tanggung jawab untuk posting blog mengenai ABC Bali.

spacer

Mungkin ia mengira semua blogger peserta ABC Bali bisa dibeli dengan tiket pesawat. Maaf, kami tidak seperti itu.

Sejak kapan ada aturan blogger bertanggung jawab  posting mengenai acara yang mereka datangi? Walaupun para blogger peserta ABC Bali sudah dibayari ke Bali untuk ikut konferensi ini, mereka tidak memiliki tanggung jawab untuk menulisnya di blog masing-masing.

Tanggung jawab blogger adalah menulis yang ingin mereka tulis. Kalaupun ada blogger yang posting berbayar, pasti melalui kesepakatan tertulis. Itu baru yang disebut tanggung jawab blogger. Risa sepertinya tidak tahu akan hal ini dan terus-menerus menagih tanggung jawab blogger peserta ABC Bali. Padahal blogger tak memiliki tanggung jawab itu. Bahkan panitia pun tidak meminta itu.

spacer

Saya dan teman-teman blogger peserta ABC Bali disamakan dengan anggota DPR yang hanya ingin jalan-jalan ke luar negeri? Ini lucu sekali. Tambah lucu lagi, dia menagih tanggung jawab blogger, padahal dirinya sendiri jauh dari bertanggung jawab saat bekerja menjadi moderator di ABC Bali. Let me tell you the story.

Rabu, 16 November 2011, diselenggarakan ABC di Nusa Dua Bali. 100 blogger dari daerah dan negara-negara ASEAN diundang untuk mengikuti konferensi ini. Acara dimulai pukul 09.00 WITA dengan sesi pertama oleh Pak Haz Pohan. Namun moderator yang dijadwalkan untuk sesi itu—yang belakangan saya tahu namanya adalah Risa Amrikasari—tidak kunjung datang. Dari panitia, saya mengetahui Risa terlambat karena tidak memiliki ijin masuk kawasan Nusa Dua, tempat diadakannya ABC, yang saat itu juga menjadi kawasan KTT ASEAN. Akhirnya sesi Risa digantikan oleh Mbak Chic. Risa terlambat 2 jam.

Sementara itu, melalui akun Twitternya, Risa memaki-maki petugas keamanan di Nusa Bali yang tidak memperbolehkan dirinya memasuki kawasan itu. Bukankah justru itu yang benar? Nusa Dua sedang dihadiri petinggi dunia untuk KTT ASEAN sehingga sudah sewajibnya dijaga super ketat. Jika orang biasa seperti Risa, tanpa ijin begitu saja diperbolehkan petugas keamanan untuk memasuki kawasan itu, justru itu yang salah.

Kemarin malam, Risa terus menyebutkan di Twitter, bahwa ia terlambat akibat EO ABC yang kacau dalam mengurusi akses masuk orang-orang ke venue acara.

spacer

Beberapa jam setelah itu, salah satu panitia ABC, Mbak Wiwik, akhirnya menjelaskan keterlambatan Risa lewat akun Twitternya (@wiwikwae) kepada akun Twitter Risa (@RisaHart).

“Mbak Risa yang baik, saya perlu meluruskan soal keterlambatan Anda yang saya lihat makin absurd saja bahasannya. Dalam hal ini sayalah orang yang tahu kondisi sebenernya. Jatah Anda sebagai seorang moderator adalah sekitar jam 9-an pagi. Idealnya Anda sudah harus ada di lokasi sebelum jam tersebut. Tapi sampe sesi Anda sudah diganti teman yang lain, saya baru dapat kabar tentang Anda, itu sekitar jam 10-an lebih. Kabar tentang Anda yang ga bisa masuk karena ga punya pass. Telpon Anda itu masuk berbarengan dengan telponnya Mike Orgill yang juga ketahan di gate. Saya yang mengirim sopir untuk menjemput kalian berdua. Mike Orgill dapat jatah jam 3 sore dan dia sudah hadir jam 11 berbarengan dengan Anda yang dapat jatah tampil jam 9 pagi.”

“Sebagai orang yang saya yakin punya dedikasi tinggi, Anda pasti tahu seharusnya sudah ada di lokasi jam berapa. FYI, venue yang dihadiri oleh VIP dan VVIP itu pasti akan steril. Tidak sembarang orang bisa masuk. Ada banyak screening yang harus dilakukan.” Tweet Mbak Wiwik ini sudah dibalas oleh Risa dengan menambahkan keterlibatan Mbak Ajeng (@ajengkol). Dan hingga pagi ini mereka masih saling balas mention. Silahkan dicek.

Setelah telat 2 jam tersebut, akhirnya Risa masuk ruangan ABC. Saya dan Mbak Dita melihat, dia langsung menuju ke Pak Haz Pohan yang duduk di barisan paling depan. Risa bersalaman dengan Pak Pohan dan berdiri cukup lama untuk ngobrol di depan para peserta konferensi. Padahal saat itu, Cyra, blogger dari Filipina, sedang sharring mengenai Filipina di depan para blogger lain. Karena Risa dan Pak Pohan berdiri menutupi Cyra yang sedang berbicara di depan, Cyra sampai memilih stop berbicara dan menunggu 2 orang itu selesai ngobrol. Saya hanya geleng-geleng kepala menonton kejadian itu. Saya dipermalukan. Orang Indonesia seperti tidak memiliki sopan santun.

Setelah Cyra selesai berbicara lalu duduk di samping saya, saya meminta maaf kepadanya. Saya bilang, “most of Indonesian people aren’t like that.” Untunglah Cyra mempercayainya.

Awalnya saya menahan untuk tidak menanggapi keterlambatan dan perilaku tidak sopan Risa terhadap peserta blogger ABC ini. Namun sekarang justru dia menagih tanggung jawab blogger ABC, yang sebenarnya tidak memiliki tanggung jawab kepada ABC. Sampai menyamakan blogger peserta ABC dengan anggota DPR yang memakai uang rakyat untuk jalan-jalan ke luar negri. Sungguh kelewatan. Tapi saya paham, dia tidak tahu banyak mengenai blogging.

Anyway, inilah blogging. Blogging itu menulis apa yang ingin ditulis. Bukan tanggung jawab seorang blogger untuk menulis mengenai acara yang mereka hadiri, kecuali blogger itu telah sepakat di atas kertas. Semoga tidak ada lagi orang di luar blogger, yang tidak paham blogging, memandang blogger serendah tiket pesawat.

Update 26 Nov 2011:

Risa membantah Mbak Wiwik dengan membalas tweet Mbak Wiwik. Dia mengatakan, dalam undangan lewat email yang dikirimkan Mbak Ajeng, dia sudah minta detail yang harus dilengkapi namun tidak ada informasi apa pun dari panitia melalui email itu. Dia juga mengaku, karena jatah jam 9 itu lah dia sudah menghubungi Mbak Ajeng untuk konfirmasi dan sudah berangkat sejak pukul 7.30.

Ia mengaku terlantar selama 3 jam dari gerbang ke gerbang dan diusir oleh penjaga karena tidak ada akses. Kontak satu-satunya adalah Mbak Ajeng. Ia menghubungi Mbak Ajeng, sampai Mbak Ajeng datang, membawa sticker, tapi hanya 1 ID. Mobil mereka pun diusir lagi, termasuk mobil Mbak Ajeng sendiri. Lalu ID + stiker diantar panitia yang juga akan mengirim untuk Mike Orgill (salah satu pembicara di ABC). Mereka mencoba masuk lagi namun kembali diusir karena tidak ada fotonya. Alternatif pintu lain dipilih tapi diminta menepi karena masalah ID tanpa nama + foto. Akhirnya mereka diijinkan masuk.

Ia meminta Mbak Ajeng konfirmasi kenapa Mbak Ajeng tidak menghubungi panitia lain pada saat emergency tersebut. Ia pun menyalahkan panitia yang tidak memberikan akses masuk sebelum hari H dan panitia yang tidak menghubunginya jika memang keterlambatannya menjadi masalah.

spacer

Namun pengakuan Risa dibantah lagi oleh Mbak Wiwik. Dalam tweetnya Mbak Wiwik memberi kesaksiannya di lapangan. Menurut Mbak Wiwik, Risa memberi kabar pada pukul 10 an lebih dan Mbak Ajeng juga menelponnya bahwa Risa tidak dapat pass. Menurut Mbak Wiwik, bukan hanya Risa saja yang tidak bisa masuk karena tanpa pass, Mike Orgill dan beberapa usher juga mengalami hal yang sama. Tapi yang membedakan Risa dengan mereka adalah kedatangan mereka lebih awal dari jam kerja dan menelpon panitia saat sampai gate. Jadi meski mereka juga ketahan di gate, mereka tidak mengalami masalah keterlambatan. Sebagai contoh Mike Orgill,  yang juga dilarang masuk, namun dia langsung menelpon panitia, panitia menjemput, dan masalah beres. Karena dia datang pukul 11, 5 jam dari jatah tampil  yaitu pukul 3.

spacer

Posted in Thoughts., Uncategorized | 31 Comments »
Pages.
Home
About Me

spacer
Contact Her.
twitter
deviantart
Archives.
  • December 2011
  • November 2011
  • October 2011
  • September 2011
  • August 2011
  • July 2011
  • May 2011
  • April 2011
  • March 2011
  • February 2011
  • December 2010
  • November 2010
  • October 2010
  • September 2010
  • August 2010
  • July 2010
  • June 2010
  • May 2010
  • April 2010
  • January 2010
  • May 2009
  • April 2009
  • February 2009
  • January 2009
  • December 2008
  • November 2008
  • October 2008
  • September 2008
  • August 2008
  • July 2008
  • June 2008
  • May 2008
  • April 2008
  • March 2008
  • February 2008
  • January 2008
  • December 2007
  • November 2007
  • October 2007

Copyright © 2011 Dian Paramita. All Rights Reserved.
Mimits Themes

gipoco.com is neither affiliated with the authors of this page nor responsible for its contents. This is a safe-cache copy of the original web site.