Laman

  • Home
  • About Me
  • Target Baca 100 Buku
  • Amazing Blog Posts! Must Read!
  • Awards
spacer

Selasa, 21 Februari 2012

Nggodain Anak Kecil

Di post ini aku mau coba ganti kata ganti orang pertama ya. Mau pake 'gue', ahahaha. Sekali-sekali yo rapopo tho?

Gue nggak tau ya, tapi menurut gue ini adalah naluri masing-masing orang dewasa. Setiap ada anak kecil di samping gue, entah di bis, supermarket, public places lah ya, gue selalu pengen nggodain. Bukan dikedipin atau dicowel-cowel. Tapi di-pendhelik-i (dilirik-lirik sambil melotot), dimelet-meleti, dimonyong-monyongi, dan kadang pengen gue cubit.

spacer
Ambil dari orinhime.blogspot.com/2011/06/7-ciri-pria-tidak-dewasa.html

Pasti kalau ada anak kecil di samping gue, pasti gue bernaluri seperti itu. Semua orang dewasa begitu nggak sih? Atau cuma gue doang? Kalau teman-teman nggak, berarti ini bukan naluri manusia pada umumnya.

Dan yang gue masih nggak bisa paham, anak kecil yang gue pelototin atau meletin itu, pasti nggak laporan sama nyokapnya. Padahal gue tau, anak kecil itu udah bisa bicara dengan lancar. Kok ya nggak bilang sama nyokapnya gitchu, "Ma, Ma, ada mbak mbak cantik aneh di situ Ma, aku dimelet-meletin wleek wleek gitu." Gitu kek. Eh nggak tuh.

Kemaren gue naik busway, di sebelah gue berdiri ada anak kecil sependek pinggang gue trus digandeng sama nyokapnya. Ganteng. Gue nunduk aja liatin tuh anak. Gue pelototin kayak aktris antagonis gitu. Gue melet-melet sambil ngeliat mukanya. Gue bikin bibir gue kayak mulut ikan. Gue monyong-monyongin mulut sambil liat dia.

Dia bingung. Ngeliatin gue, trus ngeliatin nyokapnya. Ngeliat gue, trus nyokapnya. Gue, nyokapnya. Gue, nyokapnya. Gue, nyokapnya. Dan gue masih dalam keadaan melet-melet sendiri ngeliatin dia.

Wondering. Kenapa ya dia? Apa dia mau laporan tapi takut sama gue? Eh, maksudnya takut sama muka gue. Nggak tahu lah. Selepas turun dari busway, ia digendong ibunya. Ia tetap melihat ke muka gue.

Kurang kerjaan ya gue. Tapi gituin anak kecil, menambah utilitas. Menambah seneng. Gimana dong?

Sumpah ik, ra cocok tenan ngganggo 'gue'. Ahahaha yo wis. ^^

Ada yang suka nggituin anak kecil juga?

Senin, 20 Februari 2012

Hadiah Istimewa Untuk Budhe



Fiksi.

Percakapan di telepon sudah usai. Budheku akhirnya dengan senang mengiyakan ajakanku untuk plesir ke Bandung. Awalnya aku khawatir dengan usianya karena perjalanan dari Surabaya ke Bandung ini dengan menggunakan jalan darat. Rupanya beliau malah tertawa, "Ah, meremehkanku kamu ya. Tentu saja aku kuat seharian di mobil. Toh bukan aku ini yang menyupir. Hahaha..."

Budhe tak tahu maksud tersiratku mengajaknya pergi ke Bandung.


Aku menyetir sendiri ke Surabaya dari daerah perantauanku sekarang, Bandung. Aku sudah lama tak bertemu orangtuaku yang tinggal di daerah Menanggal, Surabaya. Lalu, sesuai perjanjian aku dan budhe, sekembalinya aku dari Surabaya, aku memboyong budhe untuk plesir ke Bandung. Pakdhe pun turut serta, apalagi ia katanya ingin kopi darat dengan teman-temannya di Bandung.

Belasan jam hampir sehari berlalu. Kami akhirnya tiba di Savoy Homann, tempat budhe dan pakdhe menginap, karena aku di Bandung hanya menyewa sebuah kamar kecil, tak enak tentu membuat mereka berdesakan di kamar kecilku.

Esoknya, aku mengajak mereka keliling Bandung sekaligus Cimahi. Namanya orang tua, mereka manut saja entah ke mana aku mengajak mereka. Hahaha, dasar orang tua. Melewati Asia Afrika, Braga, Pasirkaliki, Pasteur, masuk tol, dan akhirnya keluar di Cimahi. Aku pun mengeluarkan petaku. Baros. Daerah itulah yang ingin kudatangi.

"Mau ke mana kita ini?" tanya budhe.
"Adaaa dehhh, liat aja nanti," jawabku sambil senyum-senyum.

Gapura Pusat Pendidikan Polisi Militer pun sudah terlihat.


spacer

"Hahaha..." budhe tertawa.
"Hahahahahaha..." pakdhe pun ikut tertawa.

Aku segera memarkirkan mobilku. Aku mempersilahkan budhe dan pakdhe untuk turun.

"Dulu kita pertama kali ketemu di sini..." ujar budhe, "dulu aku suka lihat kamu push-up 500 kali tuh di situ!"
"Walah, lima ratus? Ngarang! Dua ribu kali kok push-upnya..." kata pakdhe.

Aku menguping pembicaraan mereka dari belakang. Seakan-akan, aku merasa jadi obat nyamuk.

Setelah mereka menyudahi nostalgia mereka, aku mengajak ke sebuah SMP tempat budhe pernah mengajar. Dan ketika sore menjelang, kami kembali ke Bandung, dan mengajak mereka makan sore. Aku memberi tahu pelayan untuk mengeluarkan gurame bakarnya tak lupa dengan lilin-lilin yang banyak.

"Selamat ulang tahunnn budheee!" teriakku, pakdhe, dan beberapa pelayan.

"Lho? Aku tuh sekarang ulang tahun ya... malah lupa sendiri aku."

"Lho... diajak ke Cimahi itu karena ulang tahun je budhe...," kataku.

"Oh gitu kah? Berarti hadiah ke Cimahi untuk nostalgia itu hadiah ulang tahun paling istimewa untuk budhe... makasih sekali ya... senang aku..."


Akhirnya, budhe tau maksud tersiratku.




"Artikel  ini dikutsertakan dalam Kontes Menulis Cerita Mini"



Posting Lama Beranda
gipoco.com is neither affiliated with the authors of this page nor responsible for its contents. This is a safe-cache copy of the original web site.