spacer
a journey from dawn to dusk

Kamis Kelabu

imelda | 27th Feb 2012 | 35 Comments

Sebelum saya  menuliskan posting ini, perkenankan saya mengucapkan banyak terima kasih atas ucapan belasungkawa lewat media apa  saja dan doa yang dipanjatkan teman-teman blogger sehubungan dengan meninggalnya Mama terkasih, Elizabeth Maria Mutter yang meninggal hari Kamis 23 Februari yang lalu. Saya yakin sekali bahwa mama sekarang berada di surga, dari apa yang saya alami selama 44 tahun bersama mama, dan terutama pada 3 hari terakhir melepas mama ke peristirahatan abadi. Keyakinan saya ini membuat saya merasa harus berbuat lebih baik lagi dan berdoa lebih banyak lagi, supaya kelak saya bisa bertemu dengan mama tersayang di dunia abadi.  Sedih dan sepi memang… apalagi jika terkenang akan tawanya, keras kepalanya, dalam kebiasaannya, atau lewat benda-benda miliknya. Tapi saya menikmati hari-hari berkabung ini juga sebagai salah satu proses kehidupan.

spacer

senyum yang tak kan pernah kulupa

***

Jika harus menuliskan judul dengan nama hari saat aku menerima berita terburuk dalam hidupku, pada tanggal 23 Februari itu, maka aku akan menuliskan Kamis Kelabu. Tapi dalam ke-kelabu-an hari ini, ada banyak sekali peristiwa yang membuatku bersyukur dan terlindungi oleh kuasa Tuhan.

Kamis 23 Februari

Aku terbangun sekitar pukul 2 pagi waktu Jepang (Jam 12 WIB). Maksudku untuk print out  bahan rekaman sebuah pekerjaan baru. Sudah cukup lama tidak ada kegiatan rekaman yang aku lakukan. Bahannya hanya 2,5 halaman,meskipun tidak susah,ada beberapa kalimat bahasa Inggris yang harus aku ucapkan.  Setelah mencetak bahan rekaman itu, aku juga menyiapkan bahan untuk mengajar hari Jumat.  Minggu ini memang jadwal padat setiap hari. Jumat itu kebetulan aku harus menggantikan teman mengajar.

Sambil mempersiapkan bahan-bahan itu, aku melihat ada email yang masuk. Betapa terkejutnya aku begitu menerima email dari adikku berjudul “Segera Pulang”. Mama sudah kembali pada Bapa. Segera telepon kami.
Aku langsung menelepon rumah di Jakarta dan cukup terkejut bahwa Dharma, si sulung yang mengangkat teleponku. Saat itu sudah pukul 2 pagi WIB. Lalu dia jelaskan bahwa Mamanya sedang di RS. Dia juga yang mengatakan bahwa Oma jatuh di kamar mandi, trus Opa teriak. Jadi oma dibawa ke RS. Setelah menanyakan no HP mamanya, aku langsung menghubungi mamanya. Aku sempat bicara dengan Opa, dan opa mengatakan bahwa mama akan dibawa ke rumah. Suatu keputusan yang melegakan. Karena biasanya orang-orang Jakarta akan memakai Rumah Duka selain rumah untuk segi kepraktisan. Tapi jika disemayamkan di Rumah Duka seperti itu maka kami tidak akan bisa selalu bersama mama, sampai saat penguburan. Jadi waktu papa mengatakan “bawa ke rumah”, aku setuju sekali. Ya, aku ingin selama mungkin bersama mama sebelum melepaskannya selamanya.  Aku katakan pada papa bahwa kami akan segera mencari tiket untuk berangkat Jumat pagi.

Saat menerima berita itu aku memang bisa tenang, apalagi Novi dan Opa juga menjawab dengan tenang. Tapi tidak setelah aku menutup telepon. Pukul 4 dini hari, aku menelepon Tina, adikku yang di Yokohama. Dia tidak angkat… pasti masih tidur… Dan tak lama Kai terbangun, menangis. Biasanya dia hanya berteriak, “Mama neyou… (Mama tidur yuk)”, tapi pagi ini dia menangis, dan belum sempat aku masuk kamar, dia sudah keluar kamar dan menemukan aku menangis.

“Mama kenapa menangis?”
“Oma meninggal”
Kamisama no tokoro? (Ke tempat Tuhan)”
“Iya, ke surga”
Iin janai? (Bagus kan?)
dan dia memeluk aku dan tertidur dalam pelukanku.

Aku tahu bahwa aku tidak bisa pulang hari itu juga (Kamis pagi). Karena jika begitu, aku harus segera bersiap pergi ke bandara.
Lagipula aku ada kerja studio jam 12 yang tidak bisa digantikan orang lain. Jadi aku memutuskan mencari tiket apapun juga untuk Jumat pagi. Sambil aku membatalkan pekerjaan lainnya selama aku pergi ke Jakarta.

Tidak biasanya Gen juga terbangun kira-kira pukul 4:30 , dan terkejut juga mendengar berita itu. Kai yang biasanya sangat rewel jika aku tidak mengikuti kemauannya, dapat mengerti bahwa mamanya sibuk, sehingga dia malah tiduran di lantai kamar makan. Sebelum pukul 6 Riku juga terbangun. Anak sulungku ini memang perasa sekali sehingga begitu mendengar Omanya meninggal langsung menangis terisak-isak tak terbendung. Kami berdua cuma bisa berpelukan saja.

Hari itu hujan. Langit Tokyo seperti ikut bersedih. Masing-masing pergi ke tempat kerja dan belajar. Bagiku hari Kamis itu amat melelahkan. Sesudah mengantar Kai ke sekolah aku langsung ke Tachikawa untuk mengurus re-entry visa. Aku cuma punya waktu 2 jam termasuk waktu untuk naik kereta. Aku tahu bahwa mengurus re-entry itu sebenarnya cepat…. tapi di hari hujan begini, biasanya macet.

Tapi aku merasa Tuhan membantuku. Waktu untuk menunggu bus, kereta, taxi tidak lama, langsung ada. Hanya satu yang kulupa
bahwa untuk mengurus re-entrypermt itu aku harus membeli meterai (3000 yen untuk single dan 6000 yen untuk multiply yang berlaku 3 tahun). Tentu aku butuh yang 3 tahun, tapi… di dalam kantor imigrasi Tachikawa itu tidak ada penjualan meterai! Sebelum giliranku sudah ada 13 orang yang sudah mengantri. OK, dalam hujan aku lari membeli meterai di toko konbini terdekat, sambil berdoa supaya giliranku tidak dilewati.

Benar saja proses mendapatkan re-entry tidak sampai 10 menit. Langsung lari mencari taxi, karena aku harus naik kereta jam 11:46 supaya bisa sampai di Stasiun Kanda tempat studio. Karena lama tidak ada taksi yang lewat, aku sambil menunggu bus juga. Nah saat itu ada taxi, tapi dia bertanda Kaisou 回送, berarti pulang (tidak terima penumpang). Tapi si supir membuka jendela dan bertanya mau kemana?
“Ke stasiun Tachikawa”
OK naik saja……

Aduh benar-benar berkat Tuhan. Aku naik taxi itu sambil mengucapkan terima kasih berkali-kali.
Kata si supir, “Abis Anda kelihatannya susah bener. Terbaca gerakan bibir “Ah kaisou ” dengan nada kecewa. Saya toh hanya mau makan siang saja (jam 11:30) jadi kalau dekat saya pikir tidak apa-apa”
“Saya benar-benar berterimakasih. Karena saya harus naik kereta jam 11:46 ke Tokyo. Makanya saya juga sambil menunggu bis”
“Oh kalau bus pasti tidak keburu, karena bus kan putar-putar dulu. Semoga jalannya tidak macet ya bu.”

Batere HP tinggal 2 garis…Hmmm harus hemat-hemat karena kalau sampai habis sebelum stasiun Kanda, aku akan bingung mencari staf yang akan menjemput aku ke studio. Jadi aku hanya menelpon adikku Tina menanyakan soal tiket. Aku percayakan soal tiket kepadanya, karena aku sendiri tidak bisa, karena di jalan terus. Aku juga senang karena Gen mendapat ijin cuti dari bossnya dan bisa ikut bersama untuk 3 hari.

Akhirnya aku bisa naik kereta yang sebelumnya jam 11:43. Benar-benar berterima kasih pada pak supir, yang masih mengingatkanku untuk tidak berlari karena jalanan licin karena hujan. Bisa duduk dengan tenang dalam kereta yang kosong. Aku matikan HP untuk menghemat batere, dan … tidur. Ya aku tidak tidur lagi sejak terbangun jam 2. Dan aku memang bisa tidur di dalam kereta cukup enak. Cukup untuk charge energi.

Yang menjadi masalah, aku lapar! wah lucu juga kalau perut keroncongan waktu sedang rekaman. Memang aku sampai di stasiun Kandanya cukup pagi dari janji jam 12:45. Masih ada waktu 15 menit. Andai saja ada kedai kopi “pronto”. Tapi aku lupa bahwa Kanda  (west exit) itu kecil dan tidak ada kedai atau toko roti dalam stasiunnya. Kecuali aku berjalan ke pertokoan sekitar stasiun. Ya sudah aku cukupkan dengan minum minuman jelly “energy” dari wieder. Minuman jelly ini biasanya cukup menahan rasa lapar  ntuk 2 jam, karena konon minuman ini setara dengan 1 kepal nasi. Pas aku mau minum …. si Mr Staff mendatangiku. Aduuuh kamu juga kepagian!

Jadi aku menjelaskan kenapa aku minum minuman jelly itu. Staff ini lelaki muda yang cukup tampan, tapi halus sekali. Sambil memegang bahuku, dia sampai menanyakan apakah aku tidak apa-apa…. Dia bilang studio tidak sampai 1 jam kok jadi bisa cepat-cepat  pulang. Aku hanya minta satu. Diperbolehkan men-charge HP ku selama aku rekaman spacer Lumayan deh. Memang batere HPku boros sekali kalau dipakai untuk internet, padahal aku perlu. Oh ya, satu lagi yang aku berterima kasih pada Tuhan waktu itu, suaraku tidak berubah meskipun habis menangis banyak. Juga tidak terpengaruh cuaca sehingga rekaman cukup 1 kali take.

Jam 1:30 aku sudah berjalan kembali menuju stasiun Kanda dari studio. Puas karena batere HP cukup dan aku langsung membalas  mail dari Tina yang masuk selama aku rekaman. Uh ternyata aku salah ketik, kebanyakan angka untuk nomor paspornya Gen.  Menyusuri jalan pertokoan yang penuh dengan berbagai retoran kecil, tidak membuatku ingin memasukinya. Padahal lapar! Ntah, aku hanya ingin sepotong roti dan minuman hangat seperti sup atau cocoa. Tapi tidak ada yang kumaui. Sempat tergoda untuk memasuki resto sushi, tapi ternyata daya tariknya tidak cukup kuat mengalahkan rasa malas makan.

Sambil menghubungi Tina, aku mengetahui bahwa travel yang menyediakan tiket kami berada di Stasiun Kichijoji, stasiun yang akan ku tuju untuk pulang. Ya daripada Tina susah-susah mengurus tiket sembari kerja. Kerjaku sudah selesai jadi aku bisa take over proses  pembelian tiketnya. Jadi kupikir aku bisa juga makan di stasiun Kichijoji saja. Eh ternyata mengurus tiket itu cukup lama dari jam 2:30 sampai 4:30 aku berada di travel biro tersebut.

Dengan waktu tersisa 30 menit, aku cepat-cepat naik taksi pulang untuk menjemput Kai di TK nya. Pekerjaan sudah selesai, tiket di  tangan, anak-anak di rumah, dan bisa online di komputer rumah. Sambil masak makan malam, aku packing. Sekitar pukul 8:30 Kai  mengajak aku mandi air panas. Why not… berendam air panas merupakan kemewahan yang tidak bisa kurasa di Jakarta, karena di  Jakarta hanya bisa shower saja. Eh sewaktu kami masih berendam, Gen pulang! Tak kusangka dia bisa pulang secepat itu, karena pasti dia harus mengurus pekerjaan selama dia cuti 2 hari, hari Jumat dan Senin.

Jam berapa aku tidur? Aku hanya sempat tidur dari jam 1:30 sampai jam 3:30 Jumat pagi. Cukup dua jam saja… kebiasaan baruku sampai hari Minggu 26 Februari.

 

  • Berbagi ini:

Category: Diary
Tag:maritje

Koin Pertama

imelda | 22nd Feb 2012 | 23 Comments

Untuk teman-teman yang berada di Indonesia, apakah masih memakai dan menyimpan koin? Pecahan koin yang paling besar di Indonesia adalah 1000 rupiah (kira-kira 10 yen) dan kurasa orang-orang sudah malas menyimpan dan membawa-bawa koin dalam dompetnya. Tapi kalau di Jepang koin terdiri atas pecahan 1 yen, 5 yen, 10 yen, 50 yen,100 yen dan 500 …

  • Berbagi ini:

Category: History, Travel
Read More

Aku Ingin ke Sini

imelda | 21st Feb 2012 | 23 Comments

Tadi pagi jam 7  pagi aku mengintip blognya Una. Ceritanya mau cari info acara Giveawaynya dia yang bertajuk “Mau Kemana?” Karena dalam ingatanku tutup tanggal 21 Februari… eh tahunya aku salah ingat. Karena maksudnya dia tanggal 20 jam 24:00 atau tanggal 21 dini hari… Duh menyesal deh aku kenapa tidak semalam saja menulis posting untuk …

  • Berbagi ini:

Category: Diary
Read More

Keindahan Alam Musim Dingin

imelda | 20th Feb 2012 | 26 Comments

Dalam musim dingin di negara empat musim, apa saja sih yang bisa dilihat jika kita mau menikmati keindahan alam? Sama seperti seorang fotografer yang ditantang untuk menampilkan keindahan musim dingin, biasanya yang terbit dalam pikiran adalah SALJU saja. Padahal tidak setiap kota yang mengalami 4 musim itu menikmati putihnya salju. Seperti Tokyo selama musim dingin …

  • Berbagi ini:

Category: Travel
Read More

Hadiah Istimewa Untuk Budhe

imelda | 20th Feb 2012 | 14 Comments

Aku tak kenal dia. Belum pernah bertemu muka dengannya.
Tapi aku tahu beliau pasti orang yang begitu sabar, selain baik hatinya.
Dan hari ini beliau berulang tahun ke 61! Usia melewati 4 kali satu putaran bagi orang Jepang, usia untuk memulai segala sesuatu yang baru.
Aku tak bisa mengirimkannya apa-apa. Bungapun tak sempat kubelikan. Tapi aku bisa mengirimkan doa, …

  • Berbagi ini:

Category: Diary
Read More

Solitaire dan Sendiri

imelda | 16th Feb 2012 | 68 Comments

 
 

Ikut yuuk! GIVE AWAY Pribadi Mandiri
Keterangan lengkap baca di bawah posting ini
 

Tahu solitaire kan? Itu loh permainan kartu yang mengurutkan angka-angkanya sampai kartu di tangan habis (ada pula versi digitalnya). Itu memang permainan khusus untuk sendiri, dan bagi yang menikmatinya bisa loh mereka berlama-lama main solitaire begitu berjam-jam. Dan saat ini aku mengingat almarhum Oma …

  • Berbagi ini:

Category: Diary
Read More

Giri dan giri-giri

imelda | 14th Feb 2012 | 33 Comments

Sudah lama aku tidak berbicara atau mendengar kata “giri” dalam bahasa Jepang, sampai saat aku membaca sebuah timeline penulis, “Support teman MEMBELI bukunya, bukan meminjam atau meminta gratisan! ” Hmm  tentu saja aku setuju sekali! Penulis itu kan memang mengharapkan bukunya dibeli, kalau diberikan gratis ya bangkrut dong. TAPI kalau untuk tujuan promosi diri sendiri …

  • Berbagi ini:

Category: Diary
Read More

12

imelda | 12th Feb 2012 | 44 Comments

Tanggal 12 Februari, cocok untuk mengerjakan dua belas  pe-er dari ibu Chocovanila.Yakkk, sebelum tanggal berganti aku cepat-cepat selesaikan ya.
Dua belas kelebihan Anda
1. Sejak tinggal di Jepang, bisa makan dalam 5 menit jika perlu.
2. Impulsif dan kadang nekat
3. Tidak mudah tegang di depan TV atau mike radio
4. Bisa makan apa saja dan di mana saja
5. Bisa …

  • Berbagi ini:

Category: Blogthing, Diary
Read More

Mendoakan Orang Sakit

imelda | 12th Feb 2012 | 32 Comments

Satu hal yang paling aku sukai sekaligus tidak sukai dari Facebook adalah mengetahui kejadian-kejadian dalam kehidupan teman-teman dan saudara-saudaraku. Kalau berita gembira, tentu aku ikut bergembira. Tapi jika itu berita sedih mengenai kematian atau seseorang yang sakit, aku suka karena aku bisa tahu beritanya, tapi tidak suka karena menjadi sedih dan kepikiran mengenai keadaan orang …

  • Berbagi ini:

Category: Diary
Read More
« Older Entries
  • Popular
  • Latest
  • Comments
  • spacer Solitaire dan Sendiri
  • spacer Memutuskan Hubungan
  • spacer Tega dan Tegas
  • spacer Kota Tua Bersama Teman Lama
  • spacer Angka Cantik
  • spacer Lebaran ala d'miyashita
  • spacer Pengakuan Mama
  • spacer Hati-hati dengan Wanita!
  • spacer Tertipu dan Terjebak
  • spacer
gipoco.com is neither affiliated with the authors of this page nor responsible for its contents. This is a safe-cache copy of the original web site.