spacer
a journey from dawn to dusk

13tahun

hihihi…13tahun. Memang ada apa dengan 13 tahun?

Itu adalah nama blog saya di blogger. Sudah cukup lama saya menuliskan cerita-cerita harian saya di sana. Saya mulai menulis di Blogger itu dengan harapan saya akan lebih  terlatih untuk menulis dan mengungkapkan perasaan dengan tulisan. Dan saya rasa membuat blog adalah sebuah kebiasaan yang positif yang telah saya ambil dan laksanakan. Mungkin sesekali saya akan menulis sedikit di sana, tapi karena blog saya terlalu banyak, mungkin mulai sekarang saya akan menulis di sini saja (dan di multiply) . Jadi kalau mau melihat tulisan saya yang lama-lama,. silakan weblogging ke sana. 13tahun.blogspot.com

Penjelasan di atas belum menjawab pertanyaan, kenapa namanya 13tahun?

Saya mensyukuri hidup saya, setelah saya menderita 10 hari terbaring kesakitan di kamar RS, pada usia 13 tahun. Masih teringat jelas di benak saya, keceriaan Papa, Mama, dan Oma Poel yang mendapati aku tersenyum lega, di siang hari Minggu saat itu. Tersenyum lega karena merasa ringan dan dapat bernafas dengan leluasa setelah semua selang-selang yang membantu pemasokan oksigen ke dalam tubuh saya dilepaskan. Oma Poel yang menangis sesegukan karena dipikirnya saya sudah tiada.

Pagi hari itu, saya bangun dan seperti biasa membereskan kamar tidur. Saya lupa mungkin waktu itu tidak ada pembantu, atau hanya satu, sehingga saya membereskan kamar sendiri. Biasanya kalau ada pembantu saya tidak membereskan kamar. Tapi saya ingat, saat itu pas saya membungkuk untuk menyapu kolong lemari, saya merasakan kesakitan yang amat sangat di perut sebelah kanan. Sampai saya sulit berdiri. Dengan tertatih-tatih saya pergi ke mama, dan menceritakan bahwa perut saya sakit. Waktu itu saya memang reguler ke RS setiap minggu untuk menerima suntikan alergi di Dr. Karnen. Oleh mama, saya disuruh pergi ke dokter Karnen.  Saya bersiap pergi, dan karena terbiasa pergi sendiri ke dokter, saya berjalan dengan tertatih-tatih di depan rumah saya, menuju jalan besar untuk mencari bajaj. Tapi tak lama, saya dipanggil kembali, karena mama mau mengantar saya ke dokter. “Mana mama tega melihat kamu kesakitan begitu ke rumah sakit sendiri.”

Kami berdua pergi ke dokter Karnen yang selalu praktek pagi. Waktu itu sekitar pukul 8 pagi. Karena bukan jadwal berobat, saya harus menunggu waktu kosong di sela-sela tidak ada pasien yang datang. Begitu dokter memeriksa, dia langsung merujuk ke dokter bedah. Dan saat itu juga saya pergi ke dokter bedah, dan divonis “Appendix Acute”.

“Sakit di sini?”, sambil ditekannya perut sebelah kiri.
“Tidak dok”
“di sini?”, perut sebelah kanan. Dia tak perlu menunggu jawaban karena saya sudah berteriak. Demikian juga ketika kaki kanan ditekukkan. Amat sakit.

Karena waktu itu aku masih anak-anak, dokter tidak memberitahukan hasilnya padaku. Dia menjelaskan di sebelah tirai pada mama, bahwa aku harus segera dioperasi. Sedikit marah dia berkata,

“Saya heran kenapa selama ini tidak ada keluhan sakit? Kenapa musti sampai separah ini, baru datang?”
“Dia anak yang tahan sakit dok. Tidak pernah mengeluh sakit, bahkan waktu datang bulanpun tidak. Bagaimana saya tahu?”
Ya memang…. saya sebetulnya sering merasa sakit, karena waktu itu saya termasuk lemah badannya. Berdiri lama sedikit, langsung berkunang-kunang karena darah rendah. Tapi setiap sakit perut, saya abaikan.

“Ya sudah. Ibu kasih pengertian saja pada anak ibu, bahwa dia harus di operasi. Supaya jangan takut.”
Uhhh dokter, saya juga bukan orang bego, saya bisa mendengar semua percakapan kamu di sebelah tirai, dan saya juga tahu apa itu “operasi”. Seorang pesakitan yang tidur di atas dinginnya tempat tidur besi, menunggu badannya diiris-iris selama dia tertidur.

Mama mendatangi saya, dan berkata, “Imelda, kamu harus dioperasi. Tidak usah takut ya.”
“Ya ma, aku tahu kok. Aku ngga takut. Bahkan aku bisa membanggakan pada teman-teman bahwa aku pernah dioperasi. Kan asyik…”
dan mama menangis…..
Mungkin dalam hatinya berpikir, “Ah nak kamu tidak tahu bahwa operasi juga ada kemungkinan gagal, dan aku tidak bisa bertemu lagi dengan kamu….”
Dan memang dokter memberitahukan, jika terlambat dioperasi, usus buntu itu akan pecah dan meracuni tubuh, dan…. good bye.

Saat itu, aku berusia 13 tahun. Seorang anak pertama yang masuk masa puber, dan merasa hidupnya tidak berguna. Setiap kemarahan orangtua masuk dalam hati dan merasa bahwa orangtua lebih menyayangi adik-adik. Tidak ada kasih sayang untuk si Tua ini. Dan sebetulnya waktu itu aku sering menulis puisi tentang kematian. Si 13tahun Imelda ini ingin mati. Karena ada satu rahasia di sekolah yang sulit untuk ditanggung sendiri. Yang menyangkut hubungan seorang guru dan murid. Kenapa kok harus aku yang mengalaminya.

Jadi dengan senyam-senyum aku masuk ke kamar rawat-inap untuk mempersiapkan operasi. Mama pulang memberitahukan papa dan adik-adik, mengatur rumah. Operasi dijadwalkan pukul satu siang, karena saya sudah sempat makan pagi sebelum ke RS. Seandainya belum makan, bisa saat itu juga. Dan di kamar, saya tidak punya rasa takut sama sekali, bahkan tidak takut apakah akan bangun lagi atau tidak. Karena matipun boleh kok saat itu.

Operasi berjalan selama 4 jam. Hanya sepotong susu buntu, tapi sempat merepotkan para dokter. Karena begitu perut saya “dibelah”, si pengganggu itu pecah, dan nanahnya mengotori usus sekitarnya. Terpaksa dokter harus mencuci usus yang panjang itu deh (hiperbolis amat sih…. tapi mungkin begitu situasinya, saya tidak tahu, karena saya tertidur saat itu). Dokter yang bertugas amat sangat teliti, sampai usus buntu yang membengkak sebesar kepalan tangan dan pecah itu, dia jahit kembali. Dimasukkan ke dalam toples dan diperlihatkan padaku… Sayang waktu itu jiwa jurnalisku belum ada, sehingga tidak mengambil foto (waktu itu juga belum ada digital camera) dan aku tidak berani membawa pulang toples itu sebagai kenangan…
Ada satu kalimat dokter yang selalu kuingat sampai saat ini, “Jika operasi terlambat satu jam saja….” Yah Imelda hanya tinggal nama.

SIALAN… satu kata yang kuucapkan begitu aku sadar dari obat bius. Sakit yang harus kutanggung sesudah operasi 10 kali lipat dari rasa sakit sebelum operasi. HUH, tahu begini aku tidak mau dioperasi. Dan kondisi harus tidur berhari-hari di atas tempat tidur, tanpa bisa membalikkan tubuh, tanpa bisa mandi, tanpa bisa ke wc, tanpa bisa makan yang namanya “Makanan” (bubur cair bukanlah makanan!), tanpa bisa ke sekolah…. amat sangat menyebalkan.

Seminggu lebih kondisi ini berlanjut. Perutku semakin besar, melembung bagaikan ibu hamil 9 bulan. Penyebabnya, gas tidak bisa keluar. Selain itu saya sempat muntah darah, yang diperkirakan lambung mengalami iritasi. Karena jika muntah membutuhkan energi, maka dipasanglah selang langsung ke lambung dari hidung. Dan uhhhh selang itu cukup besar, dan sakit waktu dimasukkan lewat hidung! Apalagi hidungku sensitif sering bersin karena alergi …hiks… Memang dengan demikian suster dapat menyedot darah dari lambung lewat selang, tapi sama sekali tidak nyaman bagiku.

Kondisi badan yang lemah dengan perut besar, belum bisa makan hanya cairan infus saja yang masuk, selang atas bawah (kateter) yang mengganggu membuat kondisi fisik tambah buruk. Dan hari Sabtu malam hari penafasan mulai sulit. Saya berkata pada papa yang menjaga di samping tempat tidur, “Pa, aku capek… ngantuk. Mau tidur. Tapi kalau papa lihat aku tidak bernafas, papa bikin nafas buatan ya?”
“Loh kamu susah nafas?”
“Iya…”

Langsung papa memanggil suster, dan saya diberikan oksigen. Tambah lagi kesengsaraan saya, karena oksigen yang berupa selang yang ditempelkan di hidung ditambah masker… entahlah yang pasti saya lega bisa bernafas, tapi tidak nyaman dengan tambahan alat-alat yang mengganggu muka saya.

Dengan kondisi seperti ini, dokter jaga datang dan merasakan heran atas perkembangan mundur badan saya. Dan sebagai alternatif maka pagi hari akan diambil Xray kondisi perut, seandainya ada yang tidak beres maka mungkin perlu dioperasi kembali. What??? operasi kembali? Oh NO.

Pukul 4 pagi, papa masih di sampingku dan berbisik, “Imelda, papa mau menangis melihat kamu begini. Tapi kalau aku menangis, mama (yang sedang duduk di kursi) akan bertambah sedih dan panik. Jadi papa tahan. Kita berdoa saja ya. Nanti pagi, papa panggil pastor untuk sakramen perminyakan. Jangan kamu pikir kamu akan mati, meskipun itu sakramen untuk orang sakit. Bukan berarti dengan menerima sakramen itu kamu akan mati, bahkan mungkin dengan sakramen itu kamu bisa sembuh. Opa dan Oma Bogor pun pernah dua kali menerima sakramen itu, dan mereka masih hidup kan?”
Saya hanya bisa berkata lirih, “Iya pa”, dan tertidur sambil mendengar doa papa di sebelah telingaku.

Jam 5 lebih, alm. pastor Van Der Werf  SJ datang dan dengan terburu-buru memberikanku sakramen perminyakan. Kenapa terburu-buru? Ya, karena bruder dan suster sudah menunggu dengan tempat tidur dorongnya untuk membawa saya ke ruang Xray.

Setelah Xray, entah pemeriksaan apa lagi, sambil menunggu hasil dan kedatangan dokter yang bertanggung jawab… waktu berjalan lambat. Antara tidur dan tidak, saya menunggu kedatangan dokter.  Sungguh seandainya saja ada yang memotret saya pada saat itu, mungkin itu menjadi foto terburuk dalam sejarah hidup saya. Seorang anak kurus pucat dengan perut besar, dengan berbagai selang di tubuhnya, tentu bukan pemandangan indah untuk dipandang.

Begitu dokter datang, entah apa yang menjadi keputusan dokter, semua selang yang menuju ke maag dicopot, tinggal oksigen. Dan diberitahu juga bahwa dari hasil Xray, tidak perlu operasi lagi. Tinggal tunggu sang “kentut” maka semua beres… Baru pertama kali dalam hidup, si kentut itu memegang peranan amat penting.

Karena selang yang sudah berapa hari mengganggu dicopot, langsung saya merasa lega dan tersenyum. Senyuman itu terus mengembang setelah dokter pergi, dan papa memanggil oma Poel yang menunggu di luar. Jadi begitu oma Poel sampai di pintu, dia sebetulnya sudah memikirkan kabar buruk. Apalagi dokter bergegas keluar dan papa memanggilnya buru-buru. Dan dia juga ingat bahwa saya pernah mengatakan bahwa selama sakit selalu terngiang lagu “Aku berjalan di kebun”. (In the Garden, Jim Reeves etc)

Aku berjalan di kebun
waktu mawar masih berembun
dan kudengar lembut suara
Tuhan Yesus memanggil

Dan berjalan aku dengan Dia
dan berbisik di telingaku
bahwa Aku adalah milikNya
Itu saat bahagia….


Dipikirnya… It’s the time. Maka ketika Oma Poel masuk kamar, dan melihat saya tersenyum, dia tidak bisa menahan tangisnya. Kami berdoa untuk segala proses yang Tuhan anugerahkan waktu itu. Dan saya pun tahu, Saya masih diberi HIDUP olehNya, untuk lebih berkarya lagi sesuai dengan kapasitasku. Karena pengalaman itulah, umur 13 tahun merupakan moment penting bagi saya sehingga saya bisa menjadi seorang Imelda seperti yang sekarang ini. Saya mensyukuri HIDUP yang telah Tuhan berikan selama ini.

**************************************

Blog for me:


Your Blogging Type is Kind and Harmonious
spacer

You’re an approachable blogger who tends to have many online friends.
People new to your blogging circle know they can count on you for support.
You tend to mediate fighting and drama. You set a cooperative tone.
You have a great eye for design – and your blog tends to be the best looking on the block!
What’s Your Blogging Personality?

spacer


You Should Learn French
spacer

C’est super! You appreciate the finer things in life… wine, art, cheese, love affairs.
You are definitely a Parisian at heart. You just need your tongue to catch up…
What Language Should You Learn?
  • Berbagi ini:

36 Comments to “13tahun”

Add Comments (+)

  1. spacer presty larasati mengatakan:
    April 2, 2008 pukul 9:53 pm

    tau blog ini dari blog om NH..
    mba di tokyo ya?
    wah.. berasa makin dekat saya dengan impian saya ke nihon!!
    he he

    salam kenal, mba… spacer

    mba, bagi2 cerita di jepang dunk. pengen bgt tau banyak tentang sana..
    arigato gozaimasu!
    spacer

    hello presty….kenapa mau ke Jepang sih? heheheh…salam kenal juga dari saya. Ya nanti saya dongeng tentang Jepang ya hihihihi….
    doitashimashite….

    [Reply]

    Balas
  2. spacer dyah mengatakan:
    April 10, 2008 pukul 10:24 am

    mbak.. aq mo banget dong kalo dikirimin lagu2 jepang yang asyik2.. biar bisa aq download
    arigato gozaimasu.. domo..

    kirimnya kemana mbak?

    [Reply]

    Balas
  3. spacer hari mengatakan:
    Mei 5, 2008 pukul 6:19 pm

    Ibu Imel, terima kasih balasan emailnya, kalau ibu tertarik mau menerbitkan buku di Indonesia mungkin kita bisa ketemu kalau anda pulang kampung. Saya kaget kalau membaca blok anda ternyata anda ada di Jepang, asumsi saya waktu itu ada ada di Jakarta. Sekedar ide saja kalau mungkin apakah anda bisa menulis buku tentang culture Schock anda waktu pertama kali tinggak di Jepang, dan mungkin juga kejadian2 lucu yang anda alami. ok sekian aja ibu imelda nanti saya akan sambung lagi, terima kasih banyak.

    terima kasih juga sarannya pak.

    [Reply]

    Balas
  4. spacer ipk4cumlaude mengatakan:
    Mei 14, 2008 pukul 11:14 am

    Hi mba Imel, thx dah berkunjung ke blog saya. Blog Anda Jepang banget, seru….!
    Saya link ya? Sore ja!

    Hai juga F-X, saya juga sudah link blog Anda.

    [Reply]

    Balas
  5. spacer Menik mengatakan:
    Juni 29, 2008 pukul 9:06 am

    13 tahun ???

    hebat skali mbak inih spacer

    sayanya baru kenal blog malah tahun lalu spacer

    wah bunda menik salah tangkep…saya bukan nge-belog 13 tahun…. saya ngeblog dr 2005 kok

    [Reply]

    Balas
  6. spacer dewisang mengatakan:
    Juni 30, 2008 pukul 1:53 pm

    ak dah liat..lucu ya..tampilannya

    hehehe, itu blog pertama saya.

    [Reply]

    Balas
  7. spacer hedi mengatakan:
    Agustus 31, 2008 pukul 8:15 am

    Sudah baca blog 13 nya ….

    [Reply]

    Balas
  8. spacer kursi mengatakan:
    September 23, 2008 pukul 12:37 pm

    blog yang interaktif dan membuat imajinasi kita ikut terbawa suasana ceritanya. mbak imel hebat yah bikin ceritanya? hehehe…. saya minta izin tuk ngelink ke blognya yah, mbak.

    arigato gozaimasu!!!!

    silakan dan terima kasih.
    EM

    [Reply]

    Balas
  9. spacer bushido mengatakan:
    Oktober 10, 2008 pukul 9:42 pm

    sugoi desu yo, heuheu…salam buat bapak gen, riku dan kai, maap belum sempat kirim kurikulumnya spacer
    matur suwun, arigatou gozaimasu, terima kasih

    ditunggu loh kurikulumnya
    EM

    [Reply]

    Balas
  10. spacer bushido mengatakan:
    Oktober 10, 2008 pukul 9:46 pm

    moga2 masih rajin menulis ya mami, dan masih sering nengokin mama ama papa di jkt, btw bisa ceritain tentang kenapa manga jepang gambar karakter orangnya hampir sama semua?beda ama karakter gambar orang di komik2 orang dari eropa ato amrik, makasih yo

    Hai Dino…semoga aku tetap rajin nulis ya.
    Tentang manga ya. kenapa karakter orangnya hampir sama?
    Hmmm begini deh, orang Jepang juga kelihatan hampir sama semua kan. Tapi mereka tidak puas dengan bentuk MATA, HIDUNG, WAJAH, dan DADA (untuk wanita)… karenanya mereka mengambil image orang Eropa yaitu mata besar dan lentik, hidung mancung, wajah tirus, dan dada yang besar. Sehingga gambar yang tercipta akhirnya akan terlihat hampir sama semua…. But ini hipotesa saya… mungkin perlu ditanyakan pada ahli manga yah hehehhe
    EM

    [Reply]

    Balas
  11. spacer bushido mengatakan:
    Oktober 14, 2008 pukul 6:21 pm

    i was send the curricullum to ur mail, forgive about that spacer
    i’m waiting ur concepts.
    see u

    OK…
    gambarimasu!!!

    [Reply]

    Balas
  12. spacer ikrar mengatakan:
    Oktober 23, 2008 pukul 12:08 pm

    salam kenal mbak saya wah bagaimana kehidupan di jepang ceritain dong

    waaah sudah byk ceritanya tuh…baca aja spacer
    EM

    [Reply]

    Balas
  13. spacer -G- mengatakan:
    November 17, 2008 pukul 2:39 pm

    Bener banget yg di blogthings itu, waktu saya masuk ke sini, yg pertama sy pikirkan adalah, wooow, cantiknya blog ini… (^^,) Salam kenal (^_^)

    Salam kenal juga…saya sudah bermain ke blog G-Spot tuh hehehhe
    EM

    [Reply]

    Balas
  14. spacer syaiful mengatakan:
    Januari 5, 2009 pukul 1:06 am

    Terima kasih juga kunjungan baliknya. anda pernah tinggal di jepang

    [Reply]

    Balas
  15. spacer budi mengatakan:
    Januari 16, 2009 pukul 2:10 am

    hmmm pasti ada artinya 13.. yang jelas bukan kesialan

    [Reply]

    Balas
  16. spacer umi mengatakan:
    Februari 13, 2009 pukul 6:57 pm

    Moshi”

    Hajimemashite atashi umi,
    atashi sKa b9t y9 bRhuBUN9AN D9n nihon.
    sempai Bsa cEritain kEadaan d Nihon,9mna sih???
    dNihon dWh pErnah k Kota Mna sJa??

    Pzty sN9at Menyenangkan Bsa tn99al dNihon^^.

    [Reply]

    Balas
  17. spacer Dian mengatakan:
    Februari 26, 2009 pukul 12:11 am

    Apa kabar Mba Imelda

    Saya baru 3 bulan di Jepang
    nanti bulan april ada rencana mau pindah ke shinjuku. tapi masih cari2 informasi tentang tempat tinggal situasi disana cause saya dengar biaya hidup di Tokyo mahal. Mungkin Mba Imelda bisa share info nya.
    Senang bisa ketemu denngan WNI yang sudah senior di Jepang.

    Wah shinjuku ya?
    Untuk sendiri atau bersama teman/keluarga? Shinjuku termasuk daerah yang luas, meskipun terknal dgn angka kriminal yang lebih tinggi dibanding wilayah lain. Dan lebih mahal. Dengan harga yang sama mungki bisa dapat ruangan yang lebih besar di wilayah lain. Lebih baik dipilih benar-benar daerahnya karena byk faktor yang perlu diperhatikan. Yaitu tempat kerja, apakah ada ganti uang transport, daerah padat biasanya biaya hidup juga tinggi. dll.

    EM

    [Reply]

    Balas
  18. spacer samsul arifin mengatakan:
    April 12, 2009 pukul 6:14 am

    kok aku belum menangkap mengapa harus 13 tahunnya yah bu?

    [Reply]

    Balas
  19. spacer Maisa Sadiq mengatakan:
    Juni 11, 2009 pukul 3:41 pm

    salam kenal dari Yurigaoka spacer
    Beberapa kali nyasar ke blognya mbak Imelda selagi googling..selalu nyangkut buat baca2…inspiratif spacer

    Waaah Yurigaoka? Sebelahnya mukogaoka yuuen dong? deket banget kita setiap hari Jumat heheheh.
    Salam kenal juga ya

    EM

    [Reply]

    Balas
  20. spacer ajunkwees mengatakan:
    Juni 11, 2009 pukul 8:01 pm
gipoco.com is neither affiliated with the authors of this page nor responsible for its contents. This is a safe-cache copy of the original web site.