Artikel Kedokteran

Kumpulan Artikel Kedokteran dan Referat Kedokteran terlengkap
  • Home
  • Arsip
  • Hubungi Kami
  • Kirim Artikel
  • Privasi
  • Sitemap
  • Tentang Kami
  • Topik
spacer Refarat
  • Terapi Pengobatan Kanker Prostat dengan Magnet
  • Prediksi Kadar Gula Darah Dengan Air Mata
  • Kontrol Nutrisi dan Tips Diet Di Kantor
  • Benarkah HCG dapat membantu diet anda?
  • Pengobatan Flu tanpa harus ke dokter
  • Vaginoplasty, Operasi Alat Kelamin Wanita Agar terlihat Seperti Perawan
  • Apakah bayi saya mengalami keterlambatan?
  • Senangnya melihat anak bermain dengan bebas
  • Segera bawa anak ke Pelayanan Kesehatan
  • Mengobati sakit kulit pada anak
Recent Comments
  • maryati on Hubungi Kami
  • Prayitno on ASTROSITOMA
  • admin on RABIES
  • eva on RABIES
  • admin on “DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF DARI NUKLIR”
Categories
  • Artikel Kedokteran
  • Artikel Kesehatan
  • Etik Profesi
  • Info Kesehatan
  • Info Penyakit
  • Informasi kesehatan
  • Karya Tulis Ilmiah
  • Karya Tulis Imiah
  • Kasus Medis
  • Kesehatan Anak
  • Referat Kedokteran
  • Terapi Hipertensi
Tags
AA ACA antibiotik anxietas arteriosklerosis ASI bilas lambung depresi depresi postpartum DHA diare estrogen fobia gangguan bahasa gangguan jiwa gangguan mental gangguan tumbuh-kembang geriatri ginjal hipertensi hormon infeksi infeksi kulit intoksikasi jatuh kanker kanker prostat kardiovaskular lansia laporan kasus makanan pendamping ASI masturbasi muntah nyeri dada onani plasenta psikiatri psikoterapi sakit kepala sakit perut sindrom ACA stress tumor jinak tumor otak urine

spacer ACA Anti Pospholipid Syndrome

February 18, 2012 | Author admin

spacer Anda mungkin masih asing mendengar penyakit ACA.  Akibatnya kepedulian terhadap penyakit ini masih sangat rendah. Padahal penyakit ini merupakan penyakit yang amat berbahaya terutama jika terjadi pada ibu hamil. ACA (Anti Cardiolipin Syndrome) adalah kondisi kekentalan darah yang menyebabkan asupan gizi tidak terserap baik oleh tubuh . ACA juga dikenal dengan Anti pospholipid Syndrome (APS) Penyakit ini bisa menyerang siapa saja bukan hanya manula, pria dan wanita dewasa pun bisa terkena.

Agar lebih mengenal ACA mari kita membahasnya lebih lanjut.

Penyebab ACA

ACA disebabkan karena darah lebih cepat membeku daripada waktu normalnya. Proses mengentalnya darah yang terlalu cepat akan mengganggu metabolism tubuh dan menyebabkan terhambatnya suplai darah keseluruh tubuh. ACA dapat mengakibatkan stroke dan gagal jantung. Tentunya hal ini akan menyebabkan kematian. Penyebab munculnya ACA sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti karena ACA bukanlah penyakit menular dan bukan juga penyakit keturunan. Kuat dugaan bahwa ACA disebabkan akibat pola hidup tidak sehat.  Menurut ahli hermatology ,Pola hidup tersebut antara lain dengan banyak makan  makanan serba instan,berlemak,kolesterol merokok dan polusi.

Beberapa  Anjuran untuk menghindari  ACA khususnya untuk Ibu hamil adalah sebagai berikut :

  • Istirahat yang cukup dengan tidur minimal 8 jam sehari
  • Hindari stress
  • Tidak merokok dan upayakan jauh dari asap rokok
  • Makan teratur dengan nutrisi yang seimbang
  • Minum air putih setidaknya 2 liter perhari
  • HIndari makanan yang mengandung pengawet,junk food dan yang menggunakan banyak penyedap rasa.

Namun jika anda sudah terkena penyakit tersebut, segera konsultasikan dengan dokter dan cobalah untuk melakukan terapi.

Semoga apa yang kami sajikan dapat membantu anda menghindari penyakit ACA.

 

Posted in Info Penyakit | Tags: ACA, APS, syndrome darah kental | No Comments »

spacer REFARAT EKTIMA

November 12, 2011 | Author dr Cantik

spacer

  1. PENDAHULUAN

Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau keduanya. Ektima merupakan infeksi pioderma pada kulit dengan karakteristik berbentuk krusta disertai ulserasi. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini adalah sanitasi buruk, menurunnya daya tahan tubuh, serta adanya riwayat penyakit kulit sebelumnya.(1)

Insiden ektima di seluruh dunia tepatnya tidak diketahui. Frekuensi terjadinya ektima berdasarkan umur  terdapat pada anak-anak, dewasa muda dan orang tua, tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin (pria dan wanita sama). (1,2)

Dari hasil penelitian epidemiologi didapatkan bahwa tingkat kebersihan dari pasien dan kondisi kehidupan sehari-harinya merupakan penyebab terpenting yang membedakan angka kejadian, beratnya ringannya lesi, dan dampak sistemik yang didapatkan pada pasien ektima.(3) Read the rest of this entry »

Posted in Referat Kedokteran | Tags: ektima, infeksi kulit, krusta, pyoderma kulit, sreptococcus B hemolitica, staphylococcus aureus | No Comments »

spacer AKTINOMIKOSIS

November 12, 2011 | Author dr Cantik
  1. spacer I. PENDAHULUAN

Aktinomikosis merupakan infeksi kronik yang ditandai oleh adanya lesi kulit bergranul dan supuratif yang disebabkan oleh bakteri endogen gram-positif berfilamen. Aktinomikosis terutama disebabkan oleh Actinomyces israelii, bakteri anaerob yang normalnya berada pada enamel gigi, gusi, tonsil, dan lapisan membran intestinal, serta vagina. Lokasi infeksi biasanya terdapat pada wajah, leher, thoraks, dan abdomen. Pada wanita dapat terjadi infeksi pada pelvik. Aktinomikosis kutaneus primer sangat jarang terjadi dan biasanya berhubungan dengan trauma eksternal dan iskemi lokal. Infeksi sering terjadi di daerah tropis dan memiliki karakteristik sebagai infeksi supuratif yang progresif dan bersifat kronik serta terdapat pembentukan abses  multipel dan traktus sinus yang akan mengeluarkan granul sulfur. 1-4

Aktinomikosis adalah infeksi yang relatif jarang terjadi dengan angka kejadian 1 : 300.000 orang per tahun.  Aktinomikosis dapat terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi tertinggi pada daerah dengan sosio-ekonomi rendah dan higienitas yang buruk. Tidak ada perbedaan ras dalam predileksi terjadinya aktinomikosis. Insidens aktinomikosis tiga kali lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Aktinomikosis dapat menyerang semua usia, namun banyak kasus yang dilaporkan terjadi pada usia dewasa hingga usia pertengahan, yaitu 20-50 tahun.2,5

  1. II. DEFINISI

Aktinomikosis adalah suatu penyakit infeksi kronik, supuratif dan bergranul, yang terutama disebabkan oleh Actinomyces israelii. Actinomyces spp. merupakan bakteri prokaryotik tingkat tinggi yang merupakan family Actinomyceataceae. Bakteri ini pertama kali ditemukan pada awal abad ke-19 dan sering salah diklasifikasikan sebagai fungi. Kata “actinomycosis” berasal dari bahasa Yunani, actino berarti gambaran radiasi yang terlihat dari granul sulfur dan mycos menggambarkan suatu kondisi pada penyakit mikosis.5

  1. III. EPIDEMIOLOGI

Aktinomikosis merupakan infeksi dengan distribusi yang jarang dijumpai. Di Amerika Serikat, penyakit ini sering terjadi pada lelaki. Insiden penyakit ini sukar diprediksikan karena bukan merupakan penyakit yang sering dilaporkan. Aktinomikosis dapat terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi tertinggi pada daerah dengan sosio-ekonomi rendah dan higienitas yang buruk. Tidak ada perbedaan ras dalam predileksi terjadinya aktinomikosis. Insidens aktinomikosis tiga kali lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Aktinomikosis dapat menyerang semua usia, namun banyak kasus yang dilaporkan terjadi pada usia dewasa hingga usia pertengahan, yaitu 20-50 tahun.2,7

50-60% dari semua kasus aktinomikosis adalah aktinomikosis servikofasial, 20% dari semua kasus aktinomikosis adalah aktinomikosis abdomino-pelvis dan 15% dari semua kasus aktinomikosis adalah aktinomikosis pulmonar. Aktinomikosis yang melibatkan organ lain seperti sistem saraf pusat, jantung, mata adalah sangat jarang.5

  1. IV. ETIOLOGI

Agen yang sering menyebabkan aktinomikosis adalah Actinomyces israelii dan A. gerencseries. Terdapat empat spesies Actinomyces yang lain (A. viscosus, A. odontolyticus dan A.meyeri), Propionibacterium propionum dan Bifidobacterium dentium (A. erisonii) mungkin juga mempunyai gejala klinis yang hampir sama.7

Etiologi pada human actinomycoses tidak dimiliki oleh satu spesis, tetapi dimiliki oleh beberapa anggota yang berbeda dari genus Actinomyces, Propionibacterium dan Bifidobacterium. Namun secara esensialnya, pada aktinomisit patogenik, semua lesi aktinomikotik yang tipikal mengandung antara 1 hingga 10 spesies bakteri. Bakteri ini berperan sebagai patogen sinergis yang menguatkan aktinomisit dan bertanggung jawab pada gejala awal penyakit dan kegagalan terapi.7

  1. V. PATOFISIOLOGI

Actinomycetes merupakan flora normal yang menonjol pada saluran mulut tetapi tidak menonjol pada saluran gastrointestinal bawah dan saluran genitalia wanita. Karena mikroorganisme tersebut tidak virulen, mikroorganisme tersebut membutuhkan perpecahan atau kerusakan membran mukosa dan kemunculan jaringan yang rusak untuk menyerang struktur tubuh yang lebih dalam dan menyebabkan penyakit pada manusia.2

Aktinomikosis biasanya merupakan infeksi polimikrobial, dengan jumlah bakteri yang terisolasi sebanyak 5-10 spesies bakteri. Terjadinya infeksi pada manusia membutuhkan keterlibatan bakteri lain, yang berpartisipasi dalam pembentukan infeksi dengan pengeluaran toksin atau enzim atau dengan menghambat pertahanan lokal tubuh. Kumpulan bakteri tersebut bekerja sebagai copathogen yang meningkatkan invasi Actinomycetes. Secara spesifik, bakteri tersebut berperan dalam manifestasi awal dari aktinomikosis dan penyebab kegagalan terapi. Ketika infeksi terjadi, sebagai pertahanan lokal terbentuk respon inflamasi yang hebat, yang bersifat supuratif dan bergranul, serta disusul terbentuknya fibrosis. Infeksi secara khas menyebar berdampingan, dan menyerang jaringan atau organ sekitar. Akhirnya infeksi akan menyebabkan terbentuknya sinus sebagai tempat pengeluaran pus. Penyebaran hematogen ke organ yang jauh dapat terjadi pada beberapa tingkatan aktinomikosis, sedangkan penyebaran limfatogen jarang terjadi.2

Tergantung pada tempat infeksinya, sebagian besar kasus aktinomikosis
juga disebabkan oleh berbagai mikroorganisme lainnya selain Actinomyces spp. Pada hasil kultur, telah diisolasi Acinobacillus actinomycetesmcomitans, Eikenella corrodens, Enterobacteriaceace, dan spesies Fusobacterium, Bacteroides, Capnocytophagia, Staphylococci, dan Streptococci. Mikroorganisme tersebut ditemukan bersamaan dengan Actinomyces spp dalam berbagai kombinasi. Rata-rata dua sampai empat dan terkadang sampai 10 spesies biasanya ditemukan dengan Actinomycetes. Peranan bakteri tersebut dalam patogenesis aktinomikosis tidak jelas. Bakteri tersebut umumnya dianggap sebagai nonpatogenik dalam kasus aktinomikosis, dengan kemungkinan bahwa penyakit aktinomikosis disebabkan oleh infeksi polimikrobial di mana Actinomyces spp. tetap mendominasi. Ada kemungkinan bahwa organisme lain meningkatkan patogenisitas aktinomisetes dengan menciptakan suasana anaerob di mana Actinomyces dapat tumbuh subur. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen di jaringan dan inhibisi fagosit yang diinduksi suasana anaerob.5

Sebuah tahap penting dalam perkembangan aktinomikosis adalah gangguan pertahanan mukosa, yang memungkinkan mikroorganisme menyerang. Pada aktinomikosis servikofasial, gangguan pertahanan mukosa dapat berasal dari sepsis di gigi. Infeksi sering terjadi pada pasien dengan kebersihan mulut yang buruk, atau setelah operasi. 2,5

Pada aktinomikosis abdominal, infeksi biasanya terjadi pada pasien dengan riwayat operasi usus (misalnya pada perforasi apendisitis akut, divertikulitis, trauma abdomen), atau masuknya benda asing (misalnya: tulang ikan atau tulang ayam). Aktinomikosis pelvik dapat disebabkan dari penggunaan alat IUD (intra-uterine devices). 2,5

Aktinomikosis pulmonar dapat disebabkan oleh masuknya sekresi orofaringeal atau saluran pencernaan yang mengandung aktinomisetes ke dalam saluran pernapasan. Kebersihan mulut yang buruk dan penyakit gigi terkait dapat meningkatkan risiko. Aktinomikosis pulmonar dapat diawali ketika saliva atau material lain yang mengandung Actinomyces spp. masuk ke dalam bronkus menyebabkan atelektasis dan penumonitis. Saat terjadi bentuk awal inflamasi akut akan diikuti dengan karakteristik kronik, yaitu fase indolent menghasilkan nekrosis lokal, fibrosis dan kavitas. Jika  tidak dicegah, infeksi tersebut akan meluas ke pleura, dinding thoraks, struktur tulang, dan jaringan lunak sekitar, serta pembentukan sinus yang dapat mengeluarkan granul sulfur.2,5

VI. GEJALA KLINIS

 

Aktinomikosis merupakan penyakit bakteri subakut hingga kronik yang supuratif, membentuk saluran sinus yang mengeluarkan cairan berbentuk granul sulfur. Aktinomikosis dapat memberikan efek pada semua organ dan jaringan pada tubuh. Terdapat lima tipe klinis utama yang dapat dikenali, tergantung dari tempat infeksinya yaitu aktinomikosis servikofasial, aktinomikosis thorakal, aktinomikosis abdominal, aktinomikosis pelvik dan aktinomikosis kutaneus primer.2,7,8

Aktinomikosis servikofasial dapat berbentuk pembengkakan yang kecil dan keras yang berkembang di dalam mulut, wajah, leher, dan rahang. Pembengkakan ini akan menjadi lunak dan mengeluarkan pus yang mengandung granul sulfur. Pasien juga akan mengeluh nyeri, pruritus dan trismus. Pada aktinomikosis thorakal, didapatkan gejala demam, berat badan menurun, batuk dan nyeri dada. Pada aktinomikosis abdominal dan pelvik, biasanya ditemukan teraba massa dan nyeri tekan pada bagian kuadran kanan bawah abdomen, keluar cairan dari vagina, penurunan berat badan dan juga demam. Pada aktinomikosis kutaneus primer dapat ditemukan gejala klinis seperti lesi berbentuk nodus, saluran sinus dan fistel pada bagian yang terinfeksi.3,4,9,13,17

  1. Aktinomikosis servikofasial

Aktinomikosis servikofasialis merupakan tipe paling sering terjadi dan ditemukan dalam 50% dari kasus aktinomikosis.Faktor resiko pencetusn

gipoco.com is neither affiliated with the authors of this page nor responsible for its contents. This is a safe-cache copy of the original web site.