Film Dokumenter Indonesia Terus Berkembang

Musliar Kasim, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menyindir mahasiswa yang dapat beasiswa ke luar negeri namun tak kembali dan mengabdikan diri untuk tanah airnya. Musliar Kasim mencontohkan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Australia dengan beasiswa pemerintah. Setelah menyelesaikan studi, mahasiswa itu tidak kembali ke Indonesia tetapi justru bekerja dan mengabdikan dirinya di negara orang lain. Bekerja di luar negeri memang lebih menjanjikan dibandingkan dengan kembali dan bekerja di Indonesia.

Saya percaya rasa cinta tanah air masih ada pada mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di luar negeri dan mungkin juga pada mereka yang memilih untuk bekerja di negeri orang. Sebagai contohnya adalah sebuah social enterprise bernama Idenesia yang awalnya digagas empat mahasiswa yang belajar di Negeri Kangguru. Mereka adalah Dirgayuza Setiawan, Irine Yusiana, Abdul Qowi Bastian, dan Melita Rahmalia. Pertengahan tahun 2011 lalu, keempatnya berkumpul di sebuah kedai kopi di Melbourne untuk melakukan aksi nyata untuk Indonesia.

Ketika itu Yuza, Irine, Qowi, dan Melita memiliki kegundahan yang sama. Indonesia terlalu diberitakan negatif di mata dunia, bahkan di mata para penduduknya sendiri. Banyak ide-ide positif yang belum terekspos padahal menurut mereka hal itu bisa membangkitkan optimisme orang Indonesia. Mereka memutuskan untuk memilih film dokumenter sebagai media penyampaian ide mereka karena buku dan jurnal ilmiah dirasa kurang efektif bagi masyarakat luas. Selain itu, menurut mereka film dokumenter lebih mudah dicerna para pengambil kebijakan.

Bersama dengan teman-teman PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Australia, mereka menyusun program Lingkar Ide PPI Australia dengan membuat film-film dokumenter tentang riset dan penelitian yang inspiratif. Film-film dokumenter itu berisi riset yang dilakukan mahasiswa Indonesia di Indonesia. Salah satunya adalah video Galuh Sukmara Soejanto, mahasiswi tunawicara dan tunarungu yang belajar di National Institute of Deaf Studies, La Trobe University, Australia. Film-film dokumenter para peneliti muda itu menjadi cikal bakal Idenesia.

Film-film dokumenter yang mirip video personal profile itu menceritakan para peneliti muda Indonesia dan ide-idenya serta bagaimana ide itu bisa bermanfaat untuk Indonesia. 20 film pendek itu kemudian diunggah ke YouTube agar orang Indonesia mudah untuk mengaksesnya. Dengan berbekal 20 film dokumenter itu, Yuza dan kawan-kawan merilis lama Idenesia yang berisi film-film dokumenter yang bertemakan ide-ide cemerlang untuk membangun Indonesia. Selain 20 film dokumenter karya Lingkar Ide PPI Australia, Idenesia juga berisi film-film dokumenter tentang Indonesia yang diambil dari berbagai sumber terpercaya.

Idenesia juga mengundang Anda semua untuk menggali ide-ide brilian untuk Indonesia. Jika di sekitar Anda ada ide-ide brilian yang belum terekspos, Anda bisa menghubungi tim Idenesia Dokumenter di sini. Tim Idenesia Dokumenter akan merekam ide brilian tersebut dalam sebuah film dokumenter yang dibuat secara profesional. Pembuatan film dokumenter ini gratis sehingga Anda tak perlu mengeluarkan biaya untuk menyampaikan ide-ide brilian itu kepada seluruh orang Indonesia.

Tagged with: Ide untuk Indonesia • Idenesia • PostADay2012
 

21 Responses to Merekam Indonesia dengan Idenesia

  1. Tina Latief says:

    malu nian kalau indonesia dinilai negatif melulu, kalau nanti saya jadi mahasiswa di sna bagaimana ya kesan mereka terhadap saya?
    yuk yuk bikin indonesia positif…

    Reply
  2. soulharmony says:

    intinya Kacang Lupa Ama Bijinya

    Reply
  3. DV says:

    mnuju TKP.. eh logonya mirip Facebook ya sekilas.. laikdis!

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You may use these HTML tags and attributes: <a class="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

gipoco.com is neither affiliated with the authors of this page nor responsible for its contents. This is a safe-cache copy of the original web site.